Sabtu, 22 Juli 2017

HARGA DIRI RENDAH (Tulisan ke-1) - yws

PENGERTIAN
Banyak masalah anak disebabkan karena rendahnya harga diri. Perlu diketahui, bahwa cara pandang dan perasaan anak tentang dirinya adalah sangat penting dan berpengaruh terhadap perilaku anak.

Perasaan tidak berharga dan kurangnya penghormatan terhadap diri sendiri akan mempengaruhi motivasi, sikap dan perilaku anak. Bila harga diri rendah, maka segala hal akan dilihat dari sudut pandang pesimistik. Oleh karena itu, baik sekali bila orangtua peka terhadap indikasi rendahnya harga diri anak. Sehingga masalah bisa segera ditangani dan tidak memperburuk performa anak.

Untuk mengetahui konsep diri anak, orangtua dapat menggalinya dengan menanyakan pada anak 3 pertanyaan berikut, yaitu;
- "Siapakah saya?"
- "Seperti apakah saya?"
- "Bagaimanakah diri saya dibanding orang lain?"

Harga diri seringkali diukur melalui prestasi sekolah, pekerjaan dan relasi sosial, terutama dalam masyarakat yang berorientasi pada prestasi, kompetensi dan produktivitas untuk menilai seseorang.

Harga diri juga tidak bersifat stabil, namun dapat berfluktuasi/turun naik. Hal ini karena perasaan "hebat" dipengaruhi oleh prestasi, pujian dan penerimaan lingkungan. Kadang anak merasa hebat dalam bidang tertentu namun merasa buruk dalam bidang lainnya. Sehingga kadang ia percaya diri namun kadang tidak percaya diri tergantung situasinya.

Anak yang tidak percaya diri, menjadi tidak optimis dan tidak yakin dengan tujuan yang dimiliki serta usaha yang dilakukannya. Mereka merasa tidak mampu, rendah diri, pesimis, dan mudah berkecil hati. Segala hal terlihat salah. Anak-anak ini gampang menyerah dan seringkali merasa tertekan.

Kata "jelek" dan "putus asa" adalah kata sifat yang sering digunakan untuk menggambarkan dirinya. Mereka juga sulit menangani frustrasi, marah dan seringkali mendendam.

Sayangnya, perilaku ini malah membuat orang lain melihat mereka secara negatif sebagaimana anak memandang dirinya juga negatif. Sehingga yang terjadi adalah seperti lingkaran setan.

Anak-anak yang merasa akan gagal dalam banyak hal, seringkali mempersepsi reward/hadiah/penghargaan yang mereka peroleh sebagai kebetulan/keberuntungan dan bukan sebagai hasil dari tindakan/pencapaiannya.

Reward hanya efektif jika anak percaya bahwa hal itu diperoleh karena perilaku dan pencapaiannya. Ini yang disebut "internal locus of control" atau kemampuan melihat bahwa hasil itu disebabkan oleh kendali diri sendiri. Sehingga anak dapat melihat hubungan sebab-akibat antara perilaku dan reward. Kemampuan kendali diri ini biasanya meningkat dengan usia dan prestasi/pencapaian diri.

Anak yang memperoleh keberhasilan (atau memperoleh penerimaan dan pengakuan dari lingkungan atas pencapaiannya), secara bertahap akan mengembangkan rasa percaya diri yang lebih baik. Mereka merasa lebih mandiri dan bebas untuk menampilkan diri dan membuat pencapaian/prestasi sesuai hal positif yang dimilikinya.

*Tulisan disajikan bertahap, Definisi/Pengertian, Penyebab/Latar Belakang, Pencegahan dan Penanganan.
*Merupakan terjemahan bebas (dengan tambahan contoh) dari buku How to Help Children with Common Problems, Charles E. Schaefer & Howard L. Millman

Yeti Widiati 55-210717

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...