Minggu, 23 Juli 2017

HARGA DIRI RENDAH (Tulisan ke-3) - yws

PENCEGAHAN

TUMBUHKAN CARA BERPIKIR RASIONAL DAN PEMAHAMAN DIRI
Setelah anak bisa diajak berpikir, maka ajarkan anak berpikir rasional. Setiap kesalahan berpikir atau over generalisasi perlu segera dikoreksi. Misal, "Saya gagal, saya tak mau mencoba lagi," adalah salah satu contoh pemikiran tak logis. Contoh lain adalah, "Kalau ada orang marah, berarti saya jelek."

Perlu dijelaskan pada anak, bahwa kadang-kadang perilaku anak memang kurang tepat dan bahwa orang dewasa pun kadang berada dalam suasana hati buruk yang bisa ditanggapi salah oleh orang lain. Anak perlu tahu bahwa harga diri itu berfluktuasi (turun-naik) dan bahwa perasaan baik dan buruk adalah normal. Bila dijelaskan dengan sederhana, anak kecil pun bisa memahami hal ini.

Anak perlu tahu bahwa ada banyak standar kebaikan dan tidak ada ukuran universal terkait kecantikan. "Cantik itu bergantung pada siapa yang melihat". Ini penting terutama bagi anak-anak yang tampil berbeda dari anak lainnya dan merasa tidak ada seorang pun (selain orangtuanya) yang mencintai mereka.

Ayat-ayat dari kitab suci, pepatah atau cerita-cerita yang sudah dikenal baik dapat digunakan sebagai sumber value untuk membantu anak memahami konsep ini. Bahkan anak kecil pun bisa memahami konsep bahwa setiap orang memiliki kelemahan di satu area dan kekuatan di area lain. Dan kekuatan tersebut (ketrampilan, kepekaan, pengetahuan, humor, dll) sangat dibutuhkan.

Lakukan diskusi keluarga mengenai tema harga diri tanpa harus berkait kejadian tertentu. Kapan pun, orang bisa berbahagia dan tetap merasa bernilai, sekalipun tidak membuat pencapaian yang luar biasa. "Saya baik-baik saja" adalah perasaan luar biasa yang dapat dicapai siapa pun dalam kehidupan sehari-harinya.

Kemenangan tak perlu dijadikan satu-satunya ukuran keberhasilan. Kita perlu melawan sistem yang hanya menghormati beberapa pemenang dan memperlakukan sebagian besar lainnya sebagai pecundang. Sistem semacam ini membuat anak menumbuhkan perasaan bahwa kemenangan adalah satu-satunya cara untuk menyenangkan orang dewasa dan orang lainnya.

Kita lebih baik mengajarkan value berusaha. "Berhasil melakukan yang terbaik" adalah kesuksesan yang sebenarnya.

Setiap bentuk perfeksionis adalah konsep yang tidak logis. Kita perlu mengajarkan pada anak bahwa "tidak ada orang yang sempurna". Berhasil atau gagal adalah biasa. Dan bahwa setiap orang punya kekuatan dan kelemahan yang berbeda.

MENDORONG KOMPETENSI, KEMANDIRIAN DAN MENIKMATI PROSES DAN HASIL.
Ada banyak cara mempersiapkan anak agar bisa menangani masalah secara efektif di lingkungannya.

Capailah kompetensi/kemampuan anak yang sesuai level usianya, baik itu terkait ketrampilan, pengetahuan atau perilaku tertentu. Dan buatlah agar anak tetap merasa aman serta menikmati prosesnya.

Sangat berisiko bila kita terlalu melindungi atau sebaliknya tidak melindungi anak. Ajarkan anak untuk fleksibel sehingga mereka dapat menilai situasi dan menerapkan ketrampilannya secara adaptif dalam keseharian.

Ketika anak menghadapi masalah atau stres sehari-hari, kita dorong anak untuk berpikir. Dan kita hanya membantu saat dibutuhkan. Misalnya; pertengkaran antar saudara dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk belajar berdiskusi dan menemukan kesepakatan. Berilah kesempatan pada anak untuk menyumbangkan solusi terhadap penyelesaian masalah.

Dalam konteks brainstorming maka, ide dan perilaku yang baik perlu dipuji sementara hukuman harus dihindari sebisa mungkin. Anak perlu belajar menikmati tumbuhnya kemampuan menangani situasi secara mandiri.

Anak yang lebih kecil atau yang masih belajar berdiskusi, boleh diberikan pilihan terbatas (supaya tidak bingung). Mintalah mereka untuk memilih solusi dengan menjelaskan alasan dan mendengarkan pendapat yang lain secara seksama. Semua pendapat mereka harus dihormati, didorong dan dieksplorasi lebih jauh.

Orangtua perlu memperhatikan minat, keinginan serta tujuan-tujuan anak. Anak merasa lebih kompeten bila mencapai tujuan mereka. Peran kita lebih sebagai pembimbing daripada sebagai "Tukang Tegur". Kita dapat membantu anak untuk
- mengantisipasi problem,
- terhindar dari masalah yang lebih rumit,
- tidak putus asa, dan
- dapat berpikir jernih dalam menyelesaikan masalah.

Diharapkan dalam atmosfir keluarga yang positif, maka banyak tujuan anak yang sama dengan tujuan orangtua. Anak terdorong mencapai keberhasilan, menyenangkan orang lain, menikmati proses, dan melakukannya secara mandiri. Tujuan-tujuan ini perlu didiskusikan secara terbuka dan didorong untuk bisa dicapai.

Anak juga perlu dipersiapkan dalam menghadapi stres sehari-hari yang mungkin muncul. Misal, karena kelahiran adik baru, masuk sekolah, dll. Kita dapat membantu anak mengatasi stres dengan menunjukkan perilaku apa yang diharapkan dari mereka. Jika anak tahu apa yang bisa mereka lakukan, maka mereka akan lebih merasa bertanggung jawab. Dan level pemahaman moral mereka meningkat.

Anak perlu memiliki tugas sehari-hari (membereskan mainan, menyapu halaman, mencuci piring, dll). Bila mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas tersebut dan memperoleh apresiasi, maka perasaan berharganya, akan meningkat.

Pujilah perilaku yang benar dan tak perlu mengharapkan kesempurnaan. Berikan pujian spesifik ("kamu rapi sekali membereskan mainan ke dalam kotak"), daripada pujian global ("kamu anak pintar"). Karena pujian spesifik akan membuat anak tahu kemampuannya apa adanya. Tak ada yang lebih menyenangkan selain mampu dan berhasil menyelesaikan pekerjaan yang dikuasainya.

SEDIAKAN KEHANGATAN DAN PENERIMAAN
Harga diri yang tinggi terbentuk ketika anak merasa diterima apa adanya. Buatlah batasan yang jelas mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Bersikap permisif (anak boleh melakukan segala hal) tidaklah sama dengan kehangatan.

Anak merasa berharga jika mereka dicintai. Hal ini akan membuat mereka mengembangkan rasa percaya/trust dan rasa aman dari disalahkan.

Jika anak memperoleh nilai buruk atau gagal, kita perlu memberikan dukungan emosi pada anak sehingga mereka merasa bahwa kita menerima mereka apa adanya. Bukan hanya menerima saat anak berhasil dan menolak saat anak gagal.

Banyak orangtua menganggap enteng perbuatan mengkritik orang lain, yang didengar anak. Misalnya, mengkritik atau merendahkan pekerjaan tertentu, ras, atau agama lain. Kebiasaan mengkritik orang atau kelompok lain akan menimbulkan energi dan perasaan negatif pada anak. Oleh karena itu jauh lebih baik kita membicarakan hal positif orang lain. Karena hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan pada anak bahwa orangtua menerima dirinya dan orang lain.

Afeksi (kasih sayang) spontan harus sering diperlihatkan. Beberapa orangtua sangat sulit mengekspresikan perasaan positif. Ekspresi cinta yang terbuka sangat berpengaruh dalam meningkatkan harga diri. Hindari mengekspresikan afeksi hanya ketika anak berperilaku baik dan berprestasi saja.

Hal yang sama juga perlu dilakukan dalam mengekspresikan optimisme. Sehingga anak belajar pula menjadi optimis bila melihat orangtuanya optimis dengan lebih berfokus pada kekuatan daripada kelemahan.

Penerimaan diri anak dapat ditunjukkan dalam berbagai aktivitas keluarga, misalnya;
- membuat kliping atau album foto berbagai event.
- Membuat diari
- Kumpul-kumpul keluarga dengan bernyanyi, main game, dan mendiskusikan hal yang sedang populer.
- Bicaralah dengan nada yang hangat dan penuh optimisme sedapat mungkin.

Jika ada anggota keluarga yang berpikir negatif maka ini dapat mempengaruhi kehangatan kebersamaan. Penting untuk semua anggota keluarga saling membantu agar merasa bahagia dan menerima satu sama lain. Mereka perlu merasa seolah-olah berada dalam satu perahu yang bergerak ke tujuan yang sama.

----------------------
*Tulisan disajikan bertahap, Definisi/Pengertian, Penyebab/Latar Belakang, Pencegahan dan Penanganan.

*Merupakan terjemahan bebas (dengan tambahan contoh) dari buku How to Help Children with Common Problems, Charles E. Schaefer & Howard L. Millman

Yeti Widiati 57-230717

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...