Rabu, 02 November 2016

SEKOLAH DI LUAR NEGERI - yws

"Aku mau sekolah di luar negeri ... "
"Oke, mau belajar apa di luar negeri?"
"Mau belajar animasi"
"Apa sebetulnya cita-cita kamu kalau sudah besar?"
"Aku mau bikin film animasi yang bagus ..."
"Kenapa kamu ingin bikin film animasi yang bagus?"
"Soalnya Indonesia gak punya film animasi yang bagus."
"Bagus sekali cita-citanya. Lalu kenapa harus belajarnya di luar negeri? Di dalam negeri kan juga bisa."
"Iya sih, tapi kan kalau di luar negeri lebih lengkap dan aku bisa belajar mandiri."
"Menurut kamu, apa yang perlu kamu persiapkan kalau kamu mau sekolah di luar negeri?"
"Bahasa Inggris, supaya bisa ngomong, baca buku dan ngerti pelajarannya"
"Selain bahasa Inggris, terus apa lagi?"
"Nnnnggggg .... gak tau ..."
"Gimana kamu makannya?"
"Beli lah ..."
"Iya kalau uangnya banyak, tapi di luar negeri itu makanan lebih mahal daripada di sini."
"Masak aja kalau gitu. Mmmmhhh ... berarti aku perlu belajar masak ya ..."
"Di sana gak ada si mbak yang nyuci dan nyetrika baju. Masa pergi kuliah baju itu melulu atau kusut-kusut."
"Ya, aku belajar nyuci dan nyetrika deh ..."
"Lalu, kamu kan akan ketemu macam-macam orang. Ada yang baik, ada yang nyebelin. Gimana kamu menghadapi orang-orang seperti itu?"
"Eh, aku harus belajar berteman dengan macam-macam orang kalau gitu."
"Nak, di Indonesia ini mayoritas orang beragama Islam. Dan agama yang resmi ada 5. Kalau kamu di luar negeri, maka kamu akan menghadapi situasi yang jauh lebih heterogen. Bukan hanya 5 agama tapi ada jauh lebih banyak dari itu. Lumayan banyak yang atheis dan agnostik. Bahkan orang Islam-nya pun beragam madzhab dan organisasinya. Madzhab yang tidak ada atau dilarang di Indonesia, akan terbuka di luar dan mudah ditemukan. Bagaimana kamu bersikap terhadap hal itu? Mama ingin kamu berpegang teguh pada value kita."
..... diam cukup lama .... "Baik aja lah sama orang, tapi kita tetap shalat."
"Iya betul, kita baik pada orang, dan tetap ibadah sesuai agama kita"
"Ada juga kebiasaan dan budaya yang berbeda dengan kebiasan dan budaya kita, misalnya, pergaulan, pakaian, dll. Bagaimana kamu menghadapi itu semua? Identitas diri dan akar budaya kita ini orang Timur"
"Ambil yang bagusnya aja lah ..."

Itu adalah secuplik perbincangan saya dengan si sulung saat masih kelas 2 SMP dan ia ingin sekolah di luar negeri. Ada beberapa hal yang saya sesuaikan sehingga detail tidak sama persis, namun tidak mengurangi esensi. Saya tidak membahas mengenai boleh tidaknya sekolah di luar negeri, tapi lebih mengenai apa situasi yang akan dihadapi, apa konsekuensinya, apa yang perlu dipersiapkan, dll. Pada kenyataannya, semua dibahas detail dengan contoh praktis dan latihan.

Content pembicaraan meliputi;
- tujuan hidup dan cara pencapaiannya
- kemandirian dalam memanage diri
- kemandirian dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan
- kemampuan bersikap dan bersosialisasi
- komitmen dengan value dan identitas budaya
- akademik, pengetahuan dan ketrampilan penunjang
- pemahaman budaya dan orientasi tempat yang dituju.
Dll.

Pembicaraan seperti ini masih dilakukan terus bertahun-tahun kemudian dengan pola yang sama. Maksudnya bagaimana insight/kesimpulan diperoleh oleh anak. Bukan melulu melalui nasihat satu arah. Bagi saya saat itu, tidak masalah anak saya akan melanjutkan pendidikan di dalam atau di luar negeri, tapi paling tidak saya perlu mempersiapkan sejak awal, terutama untuk hal-hal yang cukup mendasar dan membutuhkan waktu.

Yeti Widiati - 271016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...