Minggu, 06 November 2016

JANGAN AMBIL ALIH TUGAS ANAK - yws

Seorang teman berbagi video tentang bagaimana seekor induk beruang kutub menolong anaknya yang tercebur di kolam kandangnya di kebun binatang.

Hal yang menarik perhatian saya adalah bagaimana cara induk beruang tersebut menolong anaknya. Ia tidak menarik dan tidak mendorong anaknya, melainkan hanya menahan kaki anaknya dan menjaga di belakangnya saat anak beruang itu berusaha memanjat naik ke pinggir kolam. Ketika ia melihat anaknya sudah mampu untuk naik, maka ia melepaskannya. https://www.youtube.com/watch?v=cU7vhXe-Zcw


Diana Baranovich, seorang Play Therapist menyatakan dalam salah satu sesi trainingnya, bahwa orangtua bertugas membimbing anak dan bukan mengambil alih tugas anak. Ia mencontohkan, ketika anak usia batita ingin menyalakan lampu, dan ternyata saklarnya terlalu tinggi, maka bila orangtua ingin membantu bukanlah dengan cara membantu menyalakan saklar, melainkan dengan menggendong anak, sehingga tangannya dapat menjangkau saklar tersebut.

Contoh lain, adalah, bila anak sudah bisa menyuapkan sendok ke mulutnya sendiri, maka ia yang harus melakukannya sendiri dan bukan disuapi oleh orang dewasa. Atau sudah bisa jalan ya, jangan digendong terus.

Dengan agak keras bahkan Diana mengatakan, orangtua yang mengambil alih tugas anak yang dapat dilakukannya sendiri, berarti melakukan "kekerasan" (harrashment) pada anak.

Dengan cara ini, maka yang dibutuhkan dari orangtua (juga guru atau pendidik lainnya) untuk tidak mengambil alihh tugas anak, diantaranya:
1. Kepekaan untuk MENGIDENTIFIKASI, hal apa yang sudah mampu dilakukan anak dan mana yang belum. Orangtua hanya membantu pada tugas-tugas yang benar-benar belum mampu dilakukan anak.

2. Perasaan TEGA melihat anak berusaha.
Kerap saya menemukan, orangtua yang karena alasan cinta dan kasih sayang, tidak tega melihat anaknya berpeluh karena berusaha. Kalaupun orangtua kasihan pada anak, maka kasihanilah anak yang kelak pada usia seharusnya dia sudah mampu melakukan banyak hal, ternyata anak bersikap pasif dan lebih banyak menunggu dibantu. Perasaan kasihan dan tidak tega yang salah tempat ini, akan menimbulkan "ongkos emosi" tidak sedikit di kemudian hari.

3. Kemampuan untuk MEMOTIVASI anak berusaha dan MENGAPRESIASI pencapaiannya.
Akan jauh lebih berguna bila orangtua memberikan penguatan dan apresiasi pada anak sehingga kepercayaan diri anak menjadi bertambah kuat.

Dengan cara ini, bahkan anak berkebutuhan khusus dan anak-anak dengan ketunaan pun juga dapat mengembangkan dirinya. Karena seminimal apapun kemampuannya, tetap ia memiliki sesuatu yang bisa dikembangkan.

Coba deh untuk tidak mengambil alih tugas anak, dan kita akan takjub dengan pencapaiannya di kemudian hari.

Yeti Widiati 051116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...