Rabu, 02 November 2016

STRATEGI MENGURANGI KEREWELAN DAN KECEMASAN ANAK PADA SITUASI ASING - yws

- Dhia, 3 tahun dibawa ke dokter. Sepanjang waktu menunggu, Dhia rewel luar biasa. Merengek dan menangis berulang-ulang. Ibunya pun menjadi kesal dan menghardik "Diam ...! Kamu ini kok gak bisa diam. Mempan sebentar, dan kemudian hanya dalam hitungan menit, Dhia pun merengek kembali.

- Salma, 4 tahun diketahui menderita penyakit parah dan ia segera harus dioperasi. Ibunya tak tega memberi tahu Salma tapi ibu menangis terus setiap berada di depan Salma, "Kasihan, saya nggak tega dia dioperasi ..." Lho, lebih nggak tega mana dengan membiarkan anak bingung dan cemas melihat situasi yang tidak jelas karena ibunya menangis terus? Tak lama 2 orang perawat datang membawa Salma untuk persiapan operasi, dan Salma pun menjerit ketakutan ....

- Aldino, 3 tahun, berangkat ke mall bersama ayah ibu. Ia anak penuh energi. Senang berlari kian kemari. Gerakan favoritnya adalah 'sliding' meniru pemain bola saat memasukkan gol ke gawang. Di mall, Aldino excited melihat lantai luas yang bisa dipakai 'sliding'. Ia berlari dan kemudian melakukan sliding. Sliding pertama, ia menyenggol seorang perempuan, hingga ibu harus segera minta maaf. Sliding kedua ia menabrak manekin di sebuah counter pakaian hingga manekin itu jatuh. Untungnya (masih ada untung), Aldino tidak terluka. Namun aya harus mengeluarkan uang untuk mengganti tangan manekin yang patah.

- Ravi, 3 tahun, dibawa ke pengajian oleh bunda. Menit-menit awal ia masih tenang dan duduk diam di atas karpet. Ia mulai gelisah ketika pak ustadz mulai berkhotbah. Kakinya bergerak-gerak sehingga menyenggol gelas air dan membahasi karpet. Ia berdiri, berjalan di sela jamaah yang sedang mengaji, tergoda untuk keluar karena mendengar anak-anak yang berlari-lari dan berteriak-teriak di luar ruangan. Tapi bunda menariknya, memangku dan menyuruhnya diam.
-------------------

Apakah pernah mengalami situasi-situasi di atas?

Siapa pun tak nyaman menghadapi situasi yang mencemaskan, membosankan dan tidak diduga. Apalagi balita yang naturenya penuh energi, sulit diam dalam jangka panjang karena rentang fokus masih rendah. Sehingga ia akan banyak bergerak dan mudah bosan.

Ada sementara orang cenderung menghindari situasi tersebut. Atau sebaliknya menggunakan cara memaksa agar anak menampilkan perilaku yang diharapkan.

Saya lebih suka memilih mempersiapkan anak menghadapi situasi baru atau situasi yang tidak menyenangkan daripada menghandle situasi ketika sudah runyam.

Beberapa hal yang biasa saya lakukan saat anak-anak saya balita.
1. Beritahu anak TUJUAN yang ingin dicapai dan gambarkan SITUASI apa yang mungkin dihadapi dengan bahasa sederhana

Misal: "Dhia, kita mau ke dokter untuk periksa, supaya Dhia sehat. Nanti di sana kita akan menunggu karena ada banyak pasien yang mengantri. Dhia mau melakukan apa sambil menunggu? Menggambar atau main?

2. Jelaskan PERILAKU apa yang diharapkan dan apa yang perlu dihindari. Sebutkan alasannya.

Misal: "Karena banyak orang, maka adik tidak boleh lari-lari dan teriak-teriak. Itu mengganggu orang lain. Adik boleh baca buku cerita, menggambar atau mendengarkan musik, atau kegiatan lain yang tidak mengganggu orang lain."

3. Tawarkan cara PENYELESAIAN MASALAH bila ia bosan atau cemas.

Misal:
- "Kalau bosan, kamu boleh nyender pada Bunda atau boleh juga tidur sebentar."
- "Kamu juga boleh lari-lari di luar ruangan sebentar."
- "Kalau kamu takut, sini Mama peluk kamu."

Jadi kuncinya adalah pada persiapan, pencegahan dan antisipasi. Memang perlu waktu dan usaha, namun berdasarkan pengalaman saya, dengan cara ini ongkos emosinya jauh bisa ditekan. Anak dan orangtua lebih tenang dan anak merasa lebih dihargai.

Yeti Widiati 021116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...