Kamis, 28 Juli 2016

WE TIME - yws
(Bonding dan Sibling Rivalry)

Ada saja yang bertanya pada saya, bagaimana saya "membuat" si kakak tidak jealous pada adiknya yang membutuhkan perhatian khusus karena kondisinya? Biasanya saya akan menghela nafas panjang terlebih dahulu sebelum menjawab. Bukan apa-apa, karena pertanyaan itu mengembalikan memori saya pada masa-masa melelahkan menguras energi fisik dan emosi. Saat si sulung mengalami regresi (kemunduran perilaku ke tahap perkembangan sebelumnya) setelah ia menguasai berbagai ketrampilan sesuai dengan usianya. Dan masa regresi itu terjadi ketika adiknya berusia sekitar 1,5 tahun. Saat di mana saya sedang limbung dan bingung dengan kondisi adiknya yang tak jelas.

Saat regresi, si kakak yang berusia 3,5 tahun dan sudah bisa makan sendiri, kembali minta disuapi. Sudah bisa ke toilet sendiri, kembali mengompol dan sudah bisa bermain sendiri, kembali minta ditemani.

Melihat kondisi itu, saya segera menyadari bahwa si kakak mengalami sibling rivalry, persaingan antar saudara untuk memperoleh perhatian dari orangtuanya. Ada kecemasan pada si kakak bahwa ia kehilangan cinta dan perhatian yang selama ini ia peroleh secara penuh, tak terbagi.

Saya perlu meyakinkan pada si kakak bahwa ia tetap diperhatikan dan dicintai sekalipun ada adiknya. Namun di sisi lain, ada kondisi bahwa memang si adik membutuhkan perhatian yang cukup besar karena perlu mondar-mandir ke berbagai dokter untuk melakukan pemeriksaan dan juga beragam treatment medis.

Bagaimana caranya meyakinkan anak usia 3,5 tahun bahwa ia diperhatikan dan dicintai, sekalipun ada seorang yang hadir dalam hidupnya? Kata-kata dan kalimat tidaklah cukup untuk balita yang menyerap informasi dengan indranya. Ia perlu melihat, mendengar, menyentuh, mengecap dan mencium. Ia perlu merasakan dengan seluruh indranya apa itu perhatian dan cinta.

Pada masa-masa melelahkan itu, saya berkesempatan membaca kisah Stephen Covey dengan 9 anaknya. Bagaimana ia membuat anak-anaknya tetap rukun dan merasa dicintai. Ia menyediakan waktu khusus untuk setiap anaknya.

Cara itu pula yang saya gunakan kepada si sulung. Ada waktu di mana ia hanya berdua saja dengan saya, ibunya. Saya menyebutnya "We Time". We Time ini tidak sama dengan waktu yang dipergunakan saat melakukan aktivitas keseharian, seperti makan, mandi, belajar, di mana perhatian kita mungkin teralih kepada berbagai hal lain, karena disambi dengan mencuci, memasak, dll.

We Time adalah benar-benar waktu di mana kita hanya berfokus pada anak kita saja. Biasanya saya berjalan-jalan, ngobrol, makan, bermain dan melakukan berbagai kegiatan yang disukainya, hanya berdua saja. Pergi dan pulang menggunakan kendaraan umum, si sulung bisa tertidur di pangkuan saya tanpa terganggu adiknya. Dalam "We Time" saya hanya milik si kakak. Satu kali seminggu waktu istimewa dan eksklusif dimiliki si kakak. Sementara si adik dititipkan dulu pada ayahnya, neneknya atau mbak pengasuhnya.

Setelah beberapa kali melakukan "We Time" dan bonding (ikatan yang kuat) sudah terbentuk, maka relatif jauh lebih mudah bagi saya untuk membicarakan hal-hal sulit termasuk menceritakan kondisi adiknya dan apa yang saya harapkan dari sisi kakak terhadap adik.

Ketrampilannya pun kembali, dia tidak lagi mengalami regresi. Bahkan tumbuh kebanggaan bahwa dia menjadi seorang kakak yang mengerti dan melindungi adiknya.

Hingga saat ini, saya masih melakukan "We Time" itu dengan semua anak saya. Tidak lagi satu minggu sekali, karena mereka sendiri sudah memiliki kesibukannya. Bisa jadi per satu bulan atau bahkan per beberapa bulan.

We Time saya dengan si sulung sekarang diisi dengan diskusi topik-topik serius. Biasanya ia yang menyetir kemudian kita pergi ke tempat yang kita tentukan.

Kadang saya menyengaja pergi ke Bandung untuk melakukan We Time dengan anak kedua. Jalan-jalan di toko buku, memilih pakaian, minum bareng di cafe, sampai obrolan saat tidur bersama, berdua saja. Bahkan ayahnya pun tidak ikut.

Sementara We Time dengan si bungsu lebih banyak diisi dengan obrolan tentang idol-idol Korea. Tentang teman-temannya, Tentang gaya hidup, pokoknya benar-benar girls talk. Dan saya menikmati semuanya.

We Time dengan setiap anak adalah "tabungan hubungan dan emosi positif". Sehingga saat kita perlu membicarakan persoalan yang rumit yang mungkin menimbulkan ketidak-nyamanan, maka saat itulah kita mengambil tabungan kita. Semakin rajin kita mengisinya, maka semakin besar peluang kita untuk membicarakan hal rumit, kapan pun dibutuhkan.

*Note: Pasti perlu juga "We Time" dengan suami :)

Yeti Widiati 280716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...