Rabu, 20 Juli 2016

5 TAHAP MENERIMA MUSIBAH - yws
(5 Stages of Grief)

Berduka saat mengalami musibah bersifat universal dan dialami oleh semua orang dalam perjalanan hidupnya.

Jenis-jenis musibah yang menimbulkan kesedihan mendalam, antara lain:
- Sakit parah atau kecacatan baik yang dialami diri sendiri atau dialami orang yang kita cintai (anak, pasangan, orangtua, dll).
- Putus hubungan, perpisahan/perceraian, patah hati atau meninggalnya orang yang sangat berarti. Pada anak-anak bahkan kehilangan dan kematian hewan peliharaan juga bisa menimbulkan rasa sedih luar biasa.

Menurut Elisabeth Kübler-Ross dalam buku On Death and Dying (1969), ada 5 (lima) tahap reaksi normal seseorang dalam menghadapi kesedihan yang mendalam.

Tidak setiap orang mengalami seluruh tahapan ini. Ada orang yang terus-menerus sepanjang hidupnya berada dalam tahap denial, atau tahap kemarahan. Namun bila kita menyadari di tahap mana kita berada, maka kita bisa menjalani proses dengan lebih baik. Demikian pula bila ini terjadi pada orang lain, maka orang di sekitarnya dapat membantu dengan lebih efektif.

Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Denial/Penyangkalan
“Tidak mungkin, tidak mungkin ini terjadi ... “

Ini adalah kalimat umum yang muncul sebagai reaksi shock yang normal saat seseorang mengalami musibah. Denial adalah mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi shock yang datang tiba-tiba. Dengan cara ini rasa sakit yang luar biasa dapat kita kurangi.

2. Marah
Ketika gelombang rasa sakit datang kembali. Emosi berikutnya muncul dalam intensitas lebih tinggi dan merupakan reaksi dari ketidak-berdayaan yang diekspresikan dalam bentuk kemarahan.

Kemarahan bisa ditujukan pada obyek yang tidak jelas, orang asing, teman, keluarga atau bahkan kemarahan bisa ditujukan pada orang yang meninggal. Beberapa bahkan marah pada Tuhan, karena merasa diperlakukan tidak adil. Meskipun secara sadar kita mengetahui bahwa orang-orang itu tidak layak disalahkan, tapi secara emosional kita mencari orang untuk dijadikan alasan kemarahan kita. Kadang kita merasa bersalah karena kita marah, tapi malah hal ini membuat kemarahan menjadi bertambah lebih kuat.

Dokter yang mendiagnosis penyakit berat dan tidak mampu menyembuhkan penyakit tersebut pun juga bisa menjadi sasaran kemarahan.

3. Bargaining
“Coba kalau penyakitnya ketahuan lebih awal ...”
“Coba kalau saya gak pergi meninggalkan dia ...”
“Coba kalau saya bertemu dengan dokter yang lebih pintar ...”

Kalimat-kalimat itu pun merupakan reaksi normal dari perasaan ketidak-berdayaan yang muncul dari kebutuhan untuk memperoleh kembali kekuatan.

4. Depresi
Ada dua tipe depresi yang berkaitan dengan berduka.
Tipe pertama adalah reaksi terhadap akibat dari kehilangan. Misalnya, kita khawatir pada biaya penguburan, rumah tangga, atau pendidikan anak-anak yang ditinggalkan. Fase ini dapat diperingan dengan bantuan konkrit baik berupa materi atau pertolongan orang lain.

Tipe kedua lebih halus dan bersifat privat. Ini menyangkut kesiapan diri kita untuk berpisah dan melepas orang yang kita sayangi.

Ada yang membutuhkan kehadiran orang lain pada situasi ini, namun sebaliknya ada juga yang membutuhkan kesendirian untuk mengekspresikan perasaannya dan menyiapkan diri menerima situasi yang baru.

5. Penerimaan (Acceptance)
Mencapai tahapan ini adalah suatu anugrah yang tidak diperoleh oleh setiap orang. Tahapan ini tidak selalu ditandai dengan rasa nyaman, tenang apalagi bahagia kembali seperti sediakala. Tapi juga bukan kesedihan yang berkepanjangan.

Tahapan acceptance lebih berbicara pada kesadaran akan realitas yang baru dan kesiapan untuk hidup dengan realitas baru yang berbeda dari sebelumnya.

Menghadapi kehilangan adalah pengalaman yang sangat personal dan mendalam. Orang tidak selalu bisa membantu kita untuk melaluinya dengan mudah atau memahami semua emosi yang kita alami. Tetapi orang lain dapat mendampingi kita dan membantu menghibur selama kita melalui proses ini. Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mengizinkan diri kita merasakan kesedihan. Menolak atau menahan kesedihan hanya akan menambah lama proses kesembuhan alamiah.

Dengan tambahan dari tulisan Julie Axelrod di http://psychcentral.com

Yeti Widiati 200716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...