Minggu, 03 Juli 2016

INTERDEPENDENSI ATAU TRANSAKSI? - yws

Konsep interdependensi dibahas Stephen Covey dalam '7 Habits for Effective People'. Kalau dependensi adalah kebergantungan, sementara independensi adalah kemandirian, maka interdependensi adalah saling kebergantungan.

Menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan, maka dalam hal kelebihan, ia membantu orang lain, dan dalam hal kelemahan maka ia yang bergantung pada bantuan orang lain. Demikian juga dengan orangtua.


Sampai usia 12 tahun, boleh jadi orangtua masih bisa memberikan ragam ilmu dan ketrampilan dasar yang perlu dikuasai seorang anak. Namun tidak semua orangtua bisa atau mau melakukannya atau mungkin juga, tidak memiliki kesempatan untuk itu. Sehingga mereka merasa perlu menitipkan anaknya dan menggantungkan diri pada lembaga sekolah dengan para guru sebagai pengajarnya. Bahkan seorang anak yang mengikuti Home Schooling sekalipun ada saat di mana orangtuanya akan bergantung pada komunitasnya atau orang lain di luar komunitasnya saat membutuhkan knowledge atau skill spesifik.

Tahun 1970-an, banyak anak mengawali sekolah pada kelas 1 SD, mereka tidak pernah merasakan duduk di Taman Kanak-kanak. Pendidikan dan pengasuhan sampai usia itu sebagian besar dipegang orangtuanya. Bergeser kemudian, TK/PAUD seolah menjadi kewajiban dan persyaratan memasuki SD. Lebih awal lagi ada Kelompok Bermain (Play Group) dan bahkan ada "sekolah" bayi untuk mengakomodir para orangtua yang tidak bisa, tidak sempat atau bahkan tidak mau mendampingi anak-anaknya menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang seharusnya dimiliki pada anak usia tsb.

Semakin bertambah usia anak, maka kebergantungan kita pada guru dan orang lain pun menjadi semakin besar. Karena kita tidak lagi bisa mencukupi semua aspek yang dibutuhkan anak.

Tapi berbicara mengenai akhlak, karakter dan value, misalnya, sopan santun, ketrampilan dasar bantu diri, kemauan berusaha, ibadah, dll, dasarnya haruslah dibangun orangtua di rumah. Sekalipun guru di sekolah juga memiliki tanggung jawab terhadap karakter siswa, namun sebagian besarnya adalah tugas orangtua.

Menarik sekali melihat saat ini ada cukup banyak orangtua menyerahkan "sepenuhnya" banyak aspek pendidikan dan pengasuhan anak kepada orang lain. Guru di sekolah, guru les/bimbel juga pembantu serta baby sitter. Kalau perlu, orangtua bersedia merogoh koceknya lebih dalam agar tugasnya bisa dilakukan orang lain. Di sinilah menurut saya, interdependensi berubah menjadi transaksi. Konsekuensinya, orangtua menuntut hasil kepada orang lain.

Betul, ada keterbatasan kita sebagai orangtua, sehingga kita membutuhkan bantuan orang lain. Namun tanggung jawab pendidikan dan pengasuhan anak tetap ada di pundak orangtuanya. Sehingga hasil apa pun yang diperoleh, baik itu dengan melakukan sendiri ataupun dengan membayar orang lain, tetap menjadi tanggung jawab orangtua.

Wallahu'alam

Yeti Widiati 030716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...