Minggu, 03 Juli 2016

GURU, ORANGTUA DAN SISWA - yws

Saya bersyukur, sekolah anak-anak saya memandang orangtua sebagai partner dalam pendidikan anak. Sehingga komunikasi begitu intens dan hubungan kami (orangtua dan guru) seperti teman. Saling menghormati wilayah masing-masing, memiliki kesepahaman visi tentang pendidikan anak, dan penuh keterbukaan.

Sebelum bergabung dengan sekolah, pihak sekolah mengundang kami para orangtua untuk menyampaikan gambaran tentang sekolah, dari mulai visi dan konsep pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran, hingga hal-hal yang bersifat teknis, beli seragam bagaimana, makanan di kantin apa saja, dll. Sehingga kami para orangtua bisa mengantisipasi apa yang akan dihadapi anak, dan menyadari sepenuhnya konsekuensi yang kami hadapi bila menyekolahkan anak di situ.


Sekolah mengajak orangtua untuk bekerja sama dalam pendidikan anak, terutama dalam hal pemahaman aturan sekolah. Sehingga sedapat mungkin bisa sejalan dengan aturan-aturan di rumah.

Semua aktivitas di sekolah dilaporkan oleh guru (saat SD) dan dilaporkan oleh siswa (saat SMP dan SMA) kepada orangtua. Setiap masalah yang terjadi di sekolah, dicari solusinya bersama. Baik masalah yang terkait dengan kesulitan belajar, kepatuhan pada aturan maupun yang terkait dengan pergaulan siswa.

Keterbukaan pihak sekolah membuat masalah yang muncul tidak berujung pada konflik tajam. Karena sejak awal segera ditindak lanjuti.

Sekolah secara rutin mengadakan pertemuan informal, membahas mengenai ragam hal, materi pembelajaran siswa, parenting, atau bahkan perlombaan pada peringatan hari besar. Dalam kesempatan ini guru dan orangtua bisa berinteraksi lebih akrab dan cair.

Saya kira, saat ini pola relasi antara guru dan orangtua tidak bisa lagi seperti dulu. Ketika orangtua "menyerahkan" begitu saja anak pada sekolah. Orangtua juga memiliki tanggung jawab dalam mendidik akhlak anak sejak dari rumah. Guru pun demikian, perlu membangun komunikasi dan hubungan yang lebih cair dengan orangtua.

Ketika trust antara guru dan orangtua sudah terbentuk, maka masalah sebesar apa pun peluang penyelesaian menjadi lebih besar.

*Prihatin dengan orangtua/siswa yang memperkarakan guru
*Prihatin dengan guru yang menggunakan kekerasan fisik dalam pendidikan
*Apresiasi untuk para guru yang sudah mendidik siswa dengan sepenuh hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...