Sabtu, 30 Juli 2016

BODY INTEGRITY* - yws

Setiap orang perlu memiliki Body Integrity, yaitu kesadaran bahwa tubuhnya adalah miliknya, perlu dijaga dan dihormati baik oleh dirinya maupun orang lain. Orang lain tidak boleh menatap, menyentuh, memegang apalagi menyakiti tubuh atau bagian tubuh orang lain dengan cara yang tidak sopan atau tidak dikehendaki si pemilik tubuh. Intinya body integrity adalah kehormatan diri.

Siapa yang perlu mengajarkan body integrity? Dasarnya adalah oleh orangtua, baru kemudian lingkungan di luar orangtua, seperti keluarga besar, guru, teman dan masyarakat.

Awali dengan mengajarkan
- identifikasi dan penamaan bagian-bagian tubuh,
- fungsi setiap bagian tubuh,
- pemeliharaan
- dan juga perlindungannya.

IDENTIFIKASI DAN NAMA BAGIAN TUBUH
Nampak sederhana bukan? Tapi dalam kenyataannya, saya menemukan bahwa ada saja orangtua yang menghindari menjelaskan beberapa bagian tubuh tertentu. Jangankan menjelaskan fungsi, pemeliharaan dan perlindungan bahkan menyebutkan namannya pun rasanya lidah ini kelu. Sampai saking jengah dan canggungnya, orangtua mengganti nama bagian tubuh itu dengan nama yang orang lain mengartikannya berbeda.

Bagian-bagian tubuh yang saya maksud terutama yang terkait dengan alat-alat reproduksi baik yang nampak maupun tidak nampak. Padahal bagian tubuh ini sama seperti bagian tubuh lainnya juga penting untuk dijelaskan, dan bahkan sangat penting ketika kita membahas mengenai Body Integrity.

FUNGSI
Menjelaskan fungsi bagian tubuh adalah terkait dengan pemanfaatan dan konsekuensi dari pemanfaatan bagian tubuh itu. Bila seorang anak tahu fungsi dari bagian tubuhnya, maka biasanya ia akan lebih kooperatif untuk menjaganya. Termasuk juga seberapa manfaat yang dirasakan dari bagian tubuh tersebut. Misalnya, kalau dia merasakan diuntungkan dengan adanya tangan, maka ia akan menjaga tangannya dengan baik. Kalau anak tahu bahwa resiko benturan bisa melukai, maka ia akan menjaga supaya tubuhnya terhindar dari resiko tsb.

PEMELIHARAAN
Saya ulangi, bila anak menyadari tubuhnya, merasakan fungsi/manfaatnya maka ia akan lebih kooperatif untuk memelihara. Kebersihan, kesehatan adalah termasuk dalam bagian ini. Menyuruh apalagi memaksa anak mandi, sementara anak tidak merasakan langsung manfaatnya akan menjadi rutinitas yang melelahkan dan menguras emosi. Karenanya tetap penting untuk menjelaskan mengapa suatu aktivitas perlu dilakukan meski prosesnya tidak menyenangkan.

Tetap menarik mencermati, mengapa ketika berkaitan dengan kesehatan reproduksi, orangtua menghindari membahas ini. Ketika tahapan awal (mengidentifikasi dan memberi nama bagian tubuh juga fungsinya) terlewati, maka memang menjadi agak rumit dan canggung untuk membahas mengenai pemeliharaannya. Anak perlu diajari caranya thaharah (membersihkan diri), istinja (membersihkan kotoran) dan juga mandi besar (mandi setelah menstruasi atau mimpi basah) bila sudah baligh. Bahkan yang lebih teknis dan spesifik seperti membuang pembalut pun baiknya diajarkan secara khusus.

PERLINDUNGAN
Sekalipun ini tahapan tertinggi, namun dalam prakteknya tetap bisa dilakukan sejak dini. Ajari anak bagaimana melindungi dirinya.
1. Ajari anak Kapan, Siapa, Di mana dan Bagaimana ia boleh MENAMPILKAN tubuhnya. Termasuk bagian tubuh yang mana saja yang boleh ditampilkan.
- Bolehkah anak berdandan dengan make up tebal seperti orang dewasa?
- Pantaskah anak melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan orang banyak?

2. Ajari anak Kapan, Siapa, Di mana dan Bagaimana ia boleh DISENTUH tubuhnya.
Ajari anak mengenali/mengidentifikasi ragam sentuhan mulai dari yang
- formal/sosial (misal; bersalaman),
- profesional (oleh dokter),
- kasih sayang (ciuman dan pelukan dari orangtua)
- sampai yang menjurus kepada seksual (misal; menyentuh alat kelamin) dan juga kekerasan (memukul, menampar, mencubit, dll).

Oleh karena itu,
- Bolehkah anak digendong dan dipangku oleh siapa pun apalagi yang berjenis kelamin berbeda?
- Pantaskah mencium anak yang kelihatan lucu apalagi oleh orang yang berjenis kelamin berbeda?
- Bolehkah anak dipukul atau ditampar bahkan oleh orangtua atau pun orang terdekat sekalipun. (Note; kekerasan, pelecehan seksual dan perkosaan secara statistik jauh lebih banyak dilakukan orang terdekat anak daripada orang tak dikenal).

3. Ajari anak untuk berani mengungkapkan perasaannya
- terkait tubuhnya (body sensing),
- melaporkan tindakan orang lain yang melanggar batas kepada orang yang dipercaya.
- atau bahkan belajar bela diri untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diharapkan.

Betul, bahwa bahasan dan kepantasan ini akan berkait dengan value setiap orang dan juga budaya dalam kelompok tertentu. Silakan saja masing-masing orangtua menggunakan batasan dari value dan budaya yang dianutnya. Apapun value atau budayanya, tahapan-tahapan mencapai Body Integrity tersebut tetap penting dilakukan. Sehingga kita tidak terheran-heran ketika melihat dalam realita anak-anak yang diajari agama dan moral, tapi ternyata tidak memiliki body integrity ketika ia memperlihatkan, mem-foto, menshare tubuhnya secara terbuka atau membiarkan tubuhnya boleh diperlakukan bebas oleh orang lain.

*Istilah Body Integrity saya dengar pertama kali dari Mas Reza Indragiri Amriel seorang psikolog forensik saat membahas mengenai pelecehan dan kekerasan seksual pada anak dan remaja.
Saya menurunkannya ke dalam bahasan psikologi perkembangan dan parenting yang lebih teknis.

Yeti Widiati 300716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...