Senin, 24 April 2017

BERBURU VITAMIN OTAK - yws

Menunggu antrian panggilan dokter di rumah sakit pemerintah itu perlu strategi. Karena kalau kita tidak punya kreatifitas untuk menyenangkan diri kita sendiri maka akan menjadi penderitaan dalam penantian yang tak jelas kapan berakhir (hehe lebay .... maaf ya buat para dokter yang sudah berjuang habis-habisan ... )

Hal yang paling sering saya lakukan adalah mengobrol dengan teman sebelah. Mendengarkan bagaimana orang-orang berjuang untuk mengatasi ujian dalam hidupnya adalah pelajaran penting yang tidak bisa saya peroleh setiap saat.

Menonton berita atau sinetron di TV sudah menghilangkan separuh kepercayaan saya. Karena berita dan sinetron sudah hampir sama ceritanya, disusun secara terstruktur, sistematis dan masif untuk mempengaruhi cara berpikir dan perasaan orang.

Status ini saya buat, terinspirasi dari status-status rekan saya, seorang psikiater yang getol mempromosikan "vitamin otak."

-------------------

Jam 5 ba'da shubuh saya berangkat dari rumah di Pamulang menuju Jakarta. Jam 7 saya sudah duduk di kursi ruang tunggu sebuah rumah sakit negeri terkemuka di Jakarta. Masih menunggu loket pendaftaran yang baru dibuka jam 7.30, itupun kami sudah mengantri. Sebagiannya sudah datang sejak jam 6 pagi. Masih harus menunggu lebih lama lagi, karena ruang konsultasi dokter menurut jadwal dibuka pada jam 8, tapi dokternya baru akan datang antara jam 9 atau jam 10.

Seorang ibu duduk di samping saya dengan anak gadisnya berusia sekitar 12 tahun. Manis, duduk dengan tenang. Kadang terkesan bingung dan salah tingkah. Melihat tampilan dan perilakunya saya tidak bisa menerka, apa yang terjadi pada dirinya sehingga ibunya ikut mengantri di depan ruang tunggu dokter syaraf anak bersama saya.

"Lumayan ya Bu, kita harus lama menunggu. Ibu sudah sarapan?" Saya mulai membuka pembicaraan.

"Iye lama, ni ibu dah bawa bekel"

"Wah, udah siap nih ibu. Lengkap bawaannya. Ibu sudah sering ke sini, ya?"

"Biasanya ya Neng, ibu ke sini tiap 2 minggu. Ni udah beberapa bulan baru sempat lagi."

"Oooh tiap 2 minggu? (membayangkan setiap 2 minggu harus menjalani ritual yang sama, menunggu dan menunggu ...)

"Cape sama males juga sebenernya tiap 2 minggu harus ke sini. Ngabisin waktu. Seharian ibu ilang waktu di sini. Padahal kan ibu harus usaha. Ngandelin gaji bapaknya gak cukup. Makanya ni telat dateng beberapa bulan. Ada aja yang harus dikerjain, yang pesenan lah yang jualan lah. Macem-macem dah"

"Ibu konsultasi tiap dua minggu sama dokter?"

"Nggak, cuma minta resep doang buat si Enok" (sambil menengok pada anak perempuannya yang tersipu)

"Cuma minta resep saja harus ke sini?"

"Ya gitu aturannya, kalau mau murah, minta resep di sini, ambil obatnya di sini juga"

"Nggak bisa pakai copy resep saja, Bu?"

"Nggak ngerti ibu yang kayak gitu-gitu , Neng... "

"Kata dokter berapa lama lagi anak ibu harus pakai obat ini?"

"Kata dokternya sih seumur hidup harus minum obat"

"Oooo .... sakit apa bu, kalau saya boleh tahu?"

"Si Enok ini suka kejang-kejang gitu, apa dokter bilang, ayan gitu"

"Sering kumat kejang-kejangnya bu?"

"Ya kalau pakai obat mah enggak, Neng"

"Sekarang Enok kelas berapa?"

"Udah gak sekolah. Gak naik kelas 2 kali. Harusnya sih kelas 6 sekarang masih kelas 4"

"Ooooh ... "

"Dulu ya, Neng, waktu kelas 1 si Enok ini pinter di sekolah. Nilai-nilainya bagus. Sampe dipuji sama guru-gurunya. Eh terus dia kumat di sekolahan, sampai bebusa-busa mulutnya. Abis deh dikatain sama diketawain orang. Ya bukan die doang yang malu. Kite juga ibunya jadi sakit ati digituin. Biar kata gimana ini kan anak kite. Abis itu si Enok ngadat gak mau sekolah lagi. Ibu mau bilang apa lagi ..."

"Ahhhhh ..... (saya menghela nafas panjang). Jadi rencananya Enok ke depan mau gimana bu kalau gak sekolah"

"Biar dia bantu-bantu ibu usaha aja. Lagian mau sekolah juga udah gak bisa, udah lupa. Dulu sudah bisa itung-tungan, eh sekarang lupa semua. Pelajaran-pelajaran lain juga dah pada lupa semua. Masih untung kalau ada yang mau ngawinin dia nanti"

"Itu ya, kenapa dokter nyuruh si Enok makan obat rutin supaya gak kejang-kejang dan gak tambah lupa"

"Harusnya sih gitu Neng. Ibu juga tau, kalau makan obat si Enok gak kejang. Tapi repot banget dapat obat ini. Biar kata obatnya murah, tapi kan ongkos ibu dari Tangerang ke sini lumayan gede Neng. Belum lagi waktunya seharian. Sebenernya rugi gede nih hari ini, tapi kalau inget si Enok yang kejang melulu, ya udah. Biar kata rugi barang yang penting si Enok gak tambah bodo.

*Cerita yang tercecer dari tahun 1995

Yeti Widiati S. 090914

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...