Senin, 24 April 2017

BELAJAR DARI MOLLY - yws

Molly gadis kecil usia 4 tahun. Dia tak punya engsel di rahangnya. Sehingga rahangnya kaku sejak lahir. Karenanya ia tak bisa makan dan minum melalui mulut, Untuk memenuhi nutrisinya, sejak bayi dokter melubangi lehernya, dan memberi tutup seperti tutup botol yang mudah dibuka. Per 2 jam, ibunya akan membuka tutup tersebut, memasang corong dan memasukkan cairan makanan dan minuman ke dalamnya. Biasanya ibu memberi makan/minum sambil bercerita.

Molly tak bisa bicara seperti layaknya orang lain. Meskipun dapat mengeluarkan suara, namun ia tidak bisa mengucapkan kata. Ia berkomunikasi dengan tatapan matanya.

Karena rahang yang tak bisa digerakkan, maka ia juga tak bisa mengontrol liurnya. Sehingga ia selalu mengenakan tadah liur di dadanya. Ibunya menyediakan 70 tadah liur setiap hari.

Sayangnya Molly juga tak bisa menggunakan tangan dan kakinya dengan baik. Tangannya kaku dan kedua telapak kakinya bengkok menyebabkan ia sulit berjalan. Jalannya tertatih. Molly menggunakan kereta dorong apabila ia diajak keluar rumah.

Molly kecil adalah tetangga kami di rumah sakit. Kamar kami terdiri dari 6 tempat tidur. Tempat tidur Molly ada di seberang tempat tidur putri kami. Molly akan menjalani operasi rekonstruksi di kepalanya. Ia akan dibuatkan "engsel" pada rahangnya, agar rahangnya bisa digerakkan sehingga ia bisa makan dan minum juga berbicara seperti orang lain. Kakinya pun akan dioperasi agar ia bisa berjalan lebih baik. Selain itu ia juga harus mengikuti berbagai terapi. Terapi bicara (termasuk menelan dan aktivitas mulut lainnya) dan fisioterapi untuk tangan dan kaki agar ia dapat melakukan jauh lebih banyak aktivitas untuk perkembangannya.

Apa yang kami pelajari dari Molly?

Kami belajar menjadi orangtua. Kami belajar bagaimana memperlakukan anak apa adanya sekalipun ia memiliki perbedaan dari anak-anak lainnya. Keinginan kami untuk mendidik dan memperlakukan putri kami sebaik-baiknya, ditunjukkan Allah dengan mempertemukan kami dengan Molly beserta keluarganya.

Apa yang dilakukan dan ditampilkan oleh ibunya Molly?

1. Orangtua dan kerabat Molly memperlakukan Molly dengan wajar sebagai seorang anak usia 4 tahun. Cara bicara, bercanda, membelikan pakaian, mainan, atau barang-barang lain, menghias tempat tidur dengan balon dan lukisan menunjukkan bahwa ia dipandang sebagai seorang manusia yang "hidup" bukan orang sakit yang harus dikasihani, diabaikan dan dianggap pasif tak berdaya.

2. Ibunya rajin memberikan stimulasi melalui beragam cara. Ia membacakan buku cerita atau majalah, mengajak ngobrol (sekalipun hanya dijawab dengan tatapan mata), bernyanyi, memperdengarkan musik, menonton TV sambil menjelaskan, berjalan-jalan (menggunakan kereta dorong) dan memperlihatkan berbagai macam hal sambil juga bercerita, menggambar, membuat prakarya, memijat, bermain di play room, berbelanja, dlsb. Ibunya hanya beristirahat saat Molly tidur.

Ibunya pernah berkata, dia berikan stimulasi sebanyak-banyaknya sekalipun Molly belum memberikan respon signifikan, agar satu saat nanti ketika Molly sudah bisa menggerakkan rahangnya untuk berbicara, maka dia sudah punya banyak hal yang bisa dibicarakan.

3. Ibunya Molly menerapkan disiplin dan aturan yang jelas pada Molly. No excuse sekalipun dia masih kecil dan memiliki keterbatasan. Salah satu aturan dan value yang ditanamkan pada Molly kecil adalah bagaimana menghargai privacy orang lain.
Satu saat, saya menutup tirai pembatas tempat tidur karena akan shalat. Saya terpaksa shalat di rumah sakit karena tak berani meninggalkan putri saya. Tirai yang pendek menyebabkan Molly bisa melihat saya ketika saya bersujud dan itu rupanya menimbulkan rasa ingin tahunya. Saya memang mendengar suara-suara ayah dan ibu Molly yang agak keras tapi saya tak tahu kenapa. Setelah saya selesai shalat dan membuka tirai. Ternyata Molly sudah berada di balik tirai dan mengulurkan tangannya mengajak bersalaman pada saya. Mata birunya menatap saya. Saya tak paham, meskipun saya juga mengulurkan tangan saya untuk bersalaman. Ibunya berkata bahwa Molly meminta maaf karena ia menyingkap tirai saya. Saya menjawab, "Ooo it's Ok, I just pray ... " Tapi ibunya Molly berkata lagi, "Tidak, anak saya salah karena melanggar privacy orang lain, dan ia harus minta maaf"
Tentu saja saya memaafkan Molly, tapi pelajaran penting yang saya peroleh adalah bahwa value menghargai privacy orang lain ditanamkan oleh ibunya Molly sejak kecil tak peduli apapun keadaan Molly.

Saya benar-benar belajar secara nyata bahwa menyayangi dan melindungi bukanlah dengan mengasihani, selalu berwajah sedih, menyembunyikan dan melarang anak ke luar rumah agar tidak dibully. Bukannya dengan memberi segala keinginan dan membiarkannya melakukan apapun yang diinginkan.

Menyayangi dan melindungi adalah dengan berbahagia, memberi bekal dan penguatan pengetahuan, ketrampilan dan value agar anak memiliki konsep diri positif dan juga mandiri serta dapat melindungi dirinya sendiri.

*Cerita yang tercecer dari tahun 1996

Bersama dengan Budi Dar juga ...

Yeti Widiati 070414

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...