Kamis, 24 Juni 2021

ANAK CARI PERHATIAN, ABAIKAN ATAU BERIKAN PERHATIAN? - yws


Seorang anak menangis sambil merengek meminta mainan. Ayahnya mengatakan, "Mah kasih aja deh, itu kasihan adek nangis terus ..." Ibunya menjawab, "Ah itu sih cuma cari perhatian, biarin aja. Jangan dikasih, nanti tuman."
Saya kira kita pernah melihat atau mungkin mengalami sendiri, dalam pola yang kurang lebih sama, anak menangis dengan keras, tantrum, berperilaku "berlebihan" di tempat umum untuk mencari perhatian orang tuanya.
Apa yang akan kita lakukan? Berikan yang diminta? Atau abaikan supaya tidak berkembang menjadi kebiasaan buruk?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita membedakan terlebih dahulu antara KEINGINGAN dan KEBUTUHAN. Dalam banyak kejadian yang mirip seperti di atas, KEINGINAN anak bisa berbeda-beda. Ada yang ingin permen, ada yang ingin es krim ada yang mainan, ada yang ingin pujian, dll. Tapi KEBUTUHANnya sama, yaitu PERHATIAN.
Apakah membutuhkan PERHATIAN itu salah?
Mengacu pada pendekatan Schema dari Jeffrey Young, maka PERHATIAN adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. PERHATIAN adalah salah satu 'bukti' penerimaan, kasih sayang, penghargaan orang tua, yang menumbuhkan trust (rasa percaya) anak pada orang tua, bahwa mereka dicintai dan dilindungi.
Tapi bagaimana kalau minta PERHATIANnya dengan cara menangis keras, ngamuk, minta hal aneh-aneh, bertindak konyol, dan perilaku nggak bener lainnya? Apa terus kita biarkan?
Anak memiliki keterbatasan dan seringkali melakukan 'trial error' atau coba-coba dalam meminta/menuntut kebutuhannya. Itu justru tugas kita para orang tua untuk mengajarkan cara yang paling tepat untuk memperoleh perhatian yang merupakan salah satu kebutuhan dasar psikologis anak.
Nah, jadi mari kita kembali lagi ke case di awal tulisan ini, ketika anak menangis dan merengek meminta mainan.
- Betul, anak meminta PERHATIAN. Itu kebutuhannya, dan harus dipenuhi. Hal ini tidak bisa dipungkiri dan mengabaikan akan menimbulkan masalah yang lebih besar, anak tidak terpenuhi kebutuhan dasar psikologisnya, berkurang trust-nya dan bahkan bisa terluka hatinya.
- Keinginan anak untuk memperoleh mainan, apakah dipenuhi atau tidak itu tergantung dari aturan, disiplin dan value yang berlaku di rumah. Selalu memberikan keinginan anak membuat anak menjadi manja, tapi sebaliknya tidak pernah memberikan keinginan anak membuat anak kecewa dan terluka. Buat aturan yang jelas mengenai hal ini.
- Cara anak menangis dengan merengek lama, itu bisa merupakan respon emosi primer namun juga bisa instrumental.
Responlah dengan empati dan validasi. Validasi adalah memberi nama emosi, mengakui dan menerima emosi anak. Pandang emosi sebagai hal yang normal dan wajar.
- Ajarkan pada anak ragam pilihan perilaku yang lebih diterima orang tua atau lingkungan. Sehingga anak tidak harus memilih perilaku yang memaksa dan memicu emosi orang tua untuk menuntut kebutuhan PERHATIANnya.
Yeti Widiati - 170321

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...