Sabtu, 09 September 2017

RUMUS-RUMUS DALAM HIDUP - yws
(Konteks Perkembangan Anak)

Pernahkah mengalami, kita sudah mengajarkan satu rumus Matematika pada anak dan dia sudah paham. Tapi ketika diterapkan dalam soal cerita dia jadi bingung? Lalu kita menjelaskan lagi hingga dia paham bagaimana menerapkan rumus tersebut dalam soal itu, dan ketika soalnya diubah ia pun bingung lagi, seolah-olah rumus itu tak bisa digunakan?

Ternyata kesulitan penerapan rumus, itu bukan hanya dalam soal-soal cerita Matematika saja. Tapi juga dalam keseharian, dan saya termasuk yang lumayan sering mengalami. Bukan hanya pada anak, pada klien bahkan pada diri sendiri.

Contohnya misalnya, saya mengajarkan pada anak saya bahwa untuk mulai menjalin pertemanan, maka rumus awal yang digunakan adalah menggunakan prinsip "kesamaan". Cari yang sama dari teman tersebut, dan jadikan kesamaan itu sebagai titik masuk untuk berkenalan. Misal, "Oh ternyata temanku suka menggambar", maka ngobrol lah tentang menggambar, tentang obyek yang paling senang digambar, tentang tempat membeli alat gambar yang murah, dlsb.

Nah, ceritanya anak saya berhasil menggunakan rumus tersebut pada seorang temannya. Tapi ketika menghadapi temannya yang lain, yang kebetulan agak berjarak dari sisi minat, maka anak saya pun bingung kembali. Dan rumus itu pun buyar. Ketika saya ingatkan dengan rumus tersebut, ia pun berkata, "Oh cara itu bisa dipakai juga ya?"

Contoh dengan klien. Tak jarang saya memperoleh klien yang sangat cerdas. Pencapaian prestasinya pun luar biasa. "Rumus" berusaha, bersabar dan tidak berputus asa, sudah dimiliki. Dan sebetulnya ini merupakan resources baginya. Namun ketika menghadapi suatu masalah, ia tidak menyadari bahwa rumus tersebut bisa digunakan juga untuk menyelesaikan masalahnya.

Dengan pendekatan coaching, yaitu ketika klien dipandang sebagai "ahli" yang paling mengetahui masalahnya, seringkali setelah 'ngobrol', klien menemukan bahwa "penyelesaian masalah itu sebetulnya sudah ada pada dirinya sendiri".

Dan bahkan lupa rumus itu pun juga kadang terjadi pada diri saya sendiri. Diskusi dengan teman-teman adalah salah satu cara saya menemukan kembali "rumus" yang sebetulnya sudah saya ketahui, dan bahkan sudah kerap saya gunakan menyelesaikan masalah-masalah lannya.

Kalau sebetulnya semua masalah itu penyelesaiannya sudah ada pada diri kita sendiri, maka ketika kita punya masalah dan kita kesulitan menyelesaikannya, apakah itu menunjukkan hal buruk? Ya enggak juga lah (menurut saya).

Kita kan manusia tempatnya lupa. Kita juga memiliki keterbatasan cara pandang, yang membuat kita kadang luput dalam mengamati sesuatu. Dan memang, dalam kondisi sangat emosi, rasanya jalan menjadi sempit bahkan buntu.

Itulah mengapa kita membutuhkan teman yang bisa saling mengingatkan (paling enak dengan cara yang baik), karena kita kadang lupa rumus-rumus dalam kehidupan.

*The Solution is Always in the Room (Switch, Heath & Heath, 2010)
*"dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. Al Ashr: 1-3 ).

Yeti Widiati 72-070917

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...