Rabu, 10 Agustus 2016

DEBAT MODEL-MODEL PENDIDIKAN - yws

Dikbud sesuai amanah undang-undang sistem pendidikan nasional, menyajikam ragam jenis model pendidikan, dan mengizinkan masyarakat memilih, mana yang paling sesuai dan memberikan kemanfaatan terbesar sesuai dengan kondisinya, kemampuannya dan kebutuhannya. Umumnya sekolah-sekolah ini adalah sekolah swasta, sehingga relatif berbiaya dibanding sekolah negeri.

- Orangtua yang mau sekolah half day untuk anaknya, silakan. Orangtua yang bertanggung jawab melengkapi pendidikan karakternya, bukan menyerahkan didikan pada film, games, internet atau gadget.

- Untuk orangtua bekerja, sekolah full day, mungkin menjadi pilihan. Asalkan orangtua tidak meninggalkan tanggung jawabnya memberikan waktu berkualitas.

- Sekolah internasional atau berwawasan internasional mungkin dipilih para orangtua yang ingin anaknya berwawasan global. Silakan, tetapi orangtua juga bertanggung jawab meletakkan fondasi dan akar nasionalisme, sehingga jati diri kebangsaannya tetap terjaga.

- Sekolah berwawasan serta bercirikan agama, menjadi pilihan bagi orangtua yang ingin membekali anak dengan pengetahuan agama dan pembiasaan ibadah. Tetap orangtua perlu menyadari sepenuhnya, bahwa baik tidaknya anak tidak selalu paralel dengan banyak pengetahuan agama dan rajinnya beribadah.

- Sekolah khusus atau inklusi dipilih oleh orangtua yang ingin keunikan anaknya terakomodasi. Tetap ada konsekuensi-konsekuens yang perlu dipertimbangkan.

- Bahkan memilih untuk "tidak bersekolah", menjalankan Homeschooling atau home education pun sekarang sudah legal dan diizinkan. Orangtua bertanggung jawab penuh menyusun "kurikulum" baik untuk akademik maupun karakternya.

Kehebohan saat ini adalah ketika wacana yang spesifik ditawarkan untuk sekolah negeri dari ujung Aceh hingga ujung Papua yang kondisinya sangat variatif. Baik dari sisi fasilitas maupun kualitas guru.

Tetap perlu survey, analisis kebutuhan dan analisis kemampuan kalau berkeras ingin menerapkan kebijakan yang spesifik ini. Kebijakan yang bukan hal yang paling mendasar dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Menariknya dengan wacana-wacana yang menimbulkan "automatic thinking" adalah, emosi sudah kepalang tersulut. Dan membuat kita lupa dengan hal yang lebih pokok dan mendasar. Tuduhan ini itu, memalingkan kita dari kenyataan bahwa baik pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah, dalam banyak hal, ternyata masih berjarak dari tujuan besar pendidikan itu sendiri.

Alhasil perdebatan berujung pada hal-hal yang perifer dan terwarnai emosi. Kita lupa membahas bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan sekolah dan rumah itu sendiri.

Yeti Widiati 100816

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...