Selasa, 09 Mei 2017

MULAI DARI UJUNG - yws
(Konteks memilih jurusan di perguruan tinggi)


"Coba kamu bayangkan, pada umur 35 atau 40 tahun, kamu ingin sudah punya apa dan ingin melakukan apa?"


"Aku pingin, aku sudah punya rumah, mobil, punya uang banyak buat menghajikan ayah dan bunda."


"Sudah nikah belum?"


"Sudah dong, sudah punya istri cantik dan pinter juga anak 2 laki-laki perempuan, hehe ..."


"Kalau ada video tentang diri kamu nanti usia 40 tahun, kira-kira filmnya seperti apa?"


"Video waktu peresmian perusahaan yang aku buat. Ceritanya aku buat syukuran di rumahku yang besar. Ada ayah bunda. Mudah-mudahan ayah bunda masih sempat lihat aku sukses. Ada istri, anak-anak dan keluarga besar. Aku dan saudara-saudara ngobrol sambil makan di ruang tamu. Anak-anak bareng sepupunya ngobrol di kamar sambil nonton film dan main gitar. Semuanya senang sekali. Terakhirnya kita juga buat foto keluarga. Aku berdiri di depan rumah yang kubeli sendiri. Warna rumahnya biru muda, ada halamannya luas. Fotonya rame-rame, di tengah ayah bunda sambil duduk, aku sama istri dan saudara-saudara di samping kanan kiri, anak-anak berdiri di belakang ayah bunda, dan yang kecil-kecil duduk di depan. Semuanya tersenyum bahagia."


"Bagus sekali ... Tadi kamu bilang mau menghajikan ayah bunda. Uangnya dari mana?"


"Kerja dong, Tante. Sebelum bikin perusahaan sendiri, aku mau kerja dulu di perusahaan buat cari uang buat ayah bunda. Kan mereka selama ini sudah membiayai aku sekolah. Nanti awal-awal kerja, gaji dikumpulin buat biaya haji. Baru berikutnya buat beli rumah, mobil, nikah dll, hehe ... boleh ya Tante, aku ngelamun ..."


"Boleh dong. Tante mau ngajak juga supaya lamunan kamu ini bukan hanya angan-angan, tapi bisa direalisasikan juga. Lamunan kamu, kamu jadikan tujuan. Ibaratnya orang mau pergi naik mobil, kalau ada tujuan, maka sekalipun belok-belok, arahnya lebih jelas."


"Bisa ya, Tante ...?"


"Banyak orang bisa sampai pada apa yang dicapainya sekarang, adalah karena dia punya lamunan, mimpi, angan-angan, cita-cita. Semakin jelas gambaran lamunan kamu, semakin jelas juga tujuan kamu."


"Gitu ya ..."


"Ya ... Btw, kamu tadi bilang mau kerja cari uang buat menghajikan orangtua. Memang yang kebayang kamu, kamu mau kerja di mana?"


"Aku mau kerja di perusahaan minyak. Kata orang gajinya gede ..."


"Kerja di bagian apa-nya?"


"Keuangan, soalnya aku suka ngitung-ngitung."


"Kalau buat perusahaannya kapan?"


"Nanti kalau aku udah banyak uang dan punya banyak teman. Aku mau buat perusahaan sendiri. Belum kebayang sih perusahaannya apa."


"Kamu sukanya ngapain?"


"Makan .... hahaha ... aku suka makan ...."


"Ada kepikiran buat usaha yang berkait kesukaan kamu?"


"Hmmmm .... tapi aku nggak suka masak, tante ..."


"Gini, kan setiap orang nggak bisa menguasai semua hal sekaligus. Kamu jago akuntansi itu bagian kamu. Kamu perlu cari orang yang jago masaknya. Mungkin juga nanti kamu perlu orang untuk marketingnya. Nah, untuk bisa ketemu dengan orang-orang yang punya keahlian macam-macam itu, berarti kamu perlu apa?"


"Perlu banyak kawan ya Tante ...Wah, apa aku perlu ikut organisasi?"


"Bagus ikut organisasi. Yang jelas kamu perlu terbuka untuk bisa kenal banyak orang. Kan orang lebih senang kenalan sama orang yang ramah dan terbuka."


"Iya bener Tante ... aku nggak boleh baperan juga ya ... haha ..."


"Nah, iya ... Yuk, kita sekarang bahas perguruan tingginya ya ... "


"Iya tante ..."


*Diskusi sebenarnya lebih panjang dari itu.
-----------------------------------------------------


"Begin in the end in mind" itu kalimat terkenal dari Stephen Covey dalam buku best sellernya 7 Habits for Effective People, yang kemudian 'beranak cucu' menjadi buku untuk anak, remaja, orangtua, dll.


Intinya adalah mulai dari tujuan yang paling akhir, lalu diturunkan kepada apa yang akan kita lakukan hari ini.


Sebetulnya cara berpikir seperti ini bukan sesuatu yang baru sama sekali. Semua kitab suci memiliki cara pandang seperti ini juga. Mengajak manusia membayangkan, bagaimana akhir hidupnya kelak bahkan kehidupan sesudah mati. Lalu diturunkan kepada bagaimana ia akan hidup sekarang agar hasil akhir tersebut bisa dicapai.


Dalam konteks konseling minat bakat dan pemilihan jurusan ke perguruan tinggi, sejak beberapa tahun terakhir, saya mengubah cara. Tidak lagi hanya berfokus pada data saat ini (hasil psikotes, raport, minat, bakat, prestasi, dll), melainkan mengacu pada tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai. Bukan cita-cita dalam bentuk profesi seperti misalnya menjadi insinyur, dokter, pengusaha, presiden, dll, tapi lebih mendasar lagi. Sehingga harapan, keinginan, value, dll juga bisa tergali.


Peran alamiah sebagai ayah, ibu, suami, istri, anak, pun bisa terelaborasi sehingga mengurangi konflik yang seringkali terjadi saat orang hanya berfokus pada karir dan pekerjaannya saja. Tujuan kuliah pun akhirnya bisa diperlebar tidak hanya untuk bekerja pada bidang yang spesifik, tapi bisa sebagai pelengkap kompetensi yang diharapkan. Dengan cara ini, bahasan minat dan bakat menjadi sangat dinamis karena terapannya sedapat mungkin menjadi lebih adaptif (ekologis menurut istilah lainnya).


Teknik-teknik Miracle Question dan juga Video Tape Question adalah teknik yang menarik karena bisa membuat seluruh indra terlibat dan memperkuat keinginan dan motivasi. Semakin jelas dan konkrit tujuan yang akan dicapai, akan membuat motivasi pencapaian menjadi semakin kuat.


Dan yang juga penting adalah, bahwa anak memperoleh skema/pola menyusun perencanaan. Skema ini dapat diterapkan olehnya dalam hal apapun saat ia merancang pencapaian tujuan.


Yeti Widiati 33-090517

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...