Senin, 13 Februari 2017

DOUBLE STANDARD DALAM PARENTING - yws

Orangtua berharap anak bisa mandiri, tapi mereka mengambil alih penyelesaian masalah anak.

Orangtua berharap anak mau mendengar dan patuh, tapi mereka lebih banyak bicara dan tak cukup sediakan waktu untuk mendengar celoteh anak.


Orangtua berharap anak kritis, tapi mereka jengkel ketika anak membantah dan mendebat.

Orangtua berharap anak bisa mengendalikan emosi, tapi mereka kesal ketika anak marah, menangis dan tantrum.

Orangtua berharap anak kreatif dan penuh ide, tapi mereka tak tahan anak nggratak dan rumah berantakan.

Orangtua berharap anak penuh rasa ingin tahu dan bersemangat belajar, tapi mereka pening saat anak bertanya terus ... terus ... dan terus ...

Orangtua berharap anak membaca buku dan tak bermain games atau gadget, tapi mereka menghabiskan waktu dengan bergadget ria.

Orangtua berharap anak berkata sopan dan bertindak santun, tapi mereka berucap kasar saat tak sependapat dengan orang lain.

Orangtua berharap anak tak dibully dan membully orang lain, tapi mereka melabel anak dan mencela orang lain dalam percakapan di dunia nyata maupun maya dengan kata-kata yang mereka sendiri tak mau anak mengucapkannya.

Orangtua berharap anak tenang dan tidak tantrum, tapi mereka menghardik dan memukul anak saat mereka gelisah.

Dst. ...

Duh ... Saya perlu bertaubat ... karena saya juga orangtua yang kadang menerapkan "double standard"

Yeti Widiati 20-130217

2 komentar:

  1. Kok bener semuaaa y bu isinya...izin share y...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya hanya mengobservasi dari ragam kasus yang hadir.

      Hapus

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...