Rabu, 11 Januari 2017

"MAMA SEDANG MARAH ... " - yws
(Konteks Mengajarkan Empati)

Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Sehingga dapat berespon dengan tepat terhadap perasaan orang lain tersebut. Ini termasuk kemampuan pengelolaan emosi yang lebih tinggi, karena bukan hanya berkait dengan perasaan sendiri, namun juga perasaan orang lain.

Anak tidak serta merta memiliki kemampuan empati ini. Perlu proses belajar baik dari sisi mengembangkan kepekaan perasaan/emosi sendiri maupun juga menunjukkan respon kepada orang lain.

1. TAHAP PENGELOLAAN EMOSI 1 s/d 3
Sebelum memahami perasaan/emosi orang lain, maka anak perlu bisa memahami perasaan/emosinya sendiri. Oleh karena itu tahapan2 pengelolaan emosi yang saya uraikan di tulisan sebelumnya juga perlu dilakukan. Anak yang peka dengan perasaannya sendiri, bisa mengidentifikasi dan memberi nama perasaanya serta tahu apa yang dibutuhkan perasaannya, memiliki fondasi yang cukup kuat untuk bisa berempati pada perasaan orang lain.

2. KEMBANGKAN KEMAMPUAN IDENTIFIKASI PERASAAN/EMOSI ORANG LAIN
Setelah anak memahami perasaannya sendiri, maka bimbing anak untuk mengenali dan memahami perasaan orang lain dari orang terdekat anak terlebih dahulu. Ibu, ayah, kakak/adik, pembantu, tetangga, dll. Bahkan juga bisa melalui film, dengan mengidentifikasi perasaan melalui ekspresi wajah para aktor/aktrisnya. Film kartun atau animasi masih dapat digunakan untuk balita apalagi sekarang semakin halus penggambaran emosinya. Namun untuk anak yang lebih besar, lebih baik menggunakan film real (bukan animasi).

- "Tuh adek nangis soalnya jarinya kejepit pintu. Gimana ya rasanya kejepit pintu?"
- "Papa baru pulang kantor, badannya lemas, Papa capek tuh ..."
- "Mama agak kesal nih, soalnya cabe mahal bener harganya ..."
- "Peter Parker-nya kayaknya sedih ya waktu pamannya meninggal." (dari film Spiderman). Dll.

Meskipun tidak mudah, terutama untuk para orangtua yang terbiasa menutupi perasaannya, usahakan menghindari sedapat mungkin menampilkan ekspresi emosi yang tidak kongruen antara apa yang dirasakan dan diperlihatkan dengan apa yang dikatakan.
- "Bagus, Mama senang ..." tapi suara Mamanya datar atau berkata sambil melihat gadget.
- "Bapak itu sayang sama kamu ...!" tapi diungkapkan dengan suara keras dan tajam, dan mata melotot.
- "Aduh kasihan anak Mama ..." ketika anak kesal dan cemberut, tapi ibu mengatakan sambil tersenyum geli.

3. MEMBIMBING MEMAHAMI KEBUTUHAN EMOSI ORANG LAIN
Setiap emosi ada pesan yang disampaikan dan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Karena anak berpikir konkrit, maka jelaskan dengan konkrit pula dan apa adanya. Saya gunakan contoh di atas.
- "Tuh adek nangis soalnya jarinya kejepit pintu. Gimana ya rasanya kejepit pintu? Bantu mama tiupin jari adek yuk ..." (Kalau tidak parah)
- "Papa baru pulang kantor, badannya lemas, Papa capek tuh. Kalau Papa diambilin minum teh hangat, kayaknya lebih enak"
- "Mama agak kesal nih, soalnya cabe mahal bener harganya. Mama mau duduk dulu 5 menit ya ... "
- "Peter Parker nya kayaknya sedih ya waktu pamannya meninggal. Kalau ada orang sedih karena ditinggal meninggal. Kira-kira dia maunya diapain ya?"

4. MENCONTOHKAN DAN MEMBERI PENGUATAN TERHADAP PERILAKU EMPATI
Nah, bagian ini yang saya anggap cukup menantang. Karena sangat mungkin orangtua (termasuk saya) belum memadai menunjukkan kemampuan respon empati yang baik kepada orang lain.

Misalnya, boleh jadi saya terbiasa berkata, "Sabar aja, itu kan takdir Tuhan" ketika melihat orang bersedih. Padahal ternyata ketika saya sendiri yang sedih, bukan respon itu yang saya butuhkan pertama kali.

Bagaimanapun sambil kita belajar dan menemukan model-model perilaku empati yang baik, kita sebagai orangtua tetap perlu mencontohkan sesuai kemampuan kita.
- Contoh yang pertama adalah dengan menunjukkan empati kita pada perasaan anak. Tanya apa yang diinginkan anak, dan berikan.

- Berikutnya adalah meminta anak memenuhi kebutuhan perasaan kita. "Mama sedang capek, Mama mau istirahat dulu. Tolong jangan ganggu Mama 30 menit."

- Berikan penguatan atau reinforcement ketika anak menunjukkan perbuata empatik. Kita perlu lebih cermat menemukan dan berfokus pada kebaikan anak daripada mencari-cari kesalahan anak.
Segera puji ketika anak menolong adiknya yang menangis, membawakan air minum ketika ayahnya kepanasan dan perilaku empatik lainnya.

- Menengok dan menghibur orang sakit, takziah saat ada yang meninggal, membantu korban bencana alam, dlsb, adalah beberapa perbuatan empatik yang perlu ditunjukkan pada anak untuk menjadi contoh. Kebaikan memang ada yang perlu ditutupi namun juga ada yang perlu diperlihatkan.

*Orang tidak bisa memberikan apa yang tidak dimilikinya.
Oleh karena itu bila orangtua atau orang2 di sekitar anak tidak/kurang berempati kepada perasaan anak, maka anak juga tidak/sulit berempati pada perasaan orang lain.

Yeti Widiati 05-110117

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...