Selasa, 20 Desember 2016

PENJUAL YANG JUJUR DAN PEMBELI YANG CERDAS - yws
(Konteks Cerdas Digital)


Ragam informasi di internet itu seperti pasar tradisional yang menjual berbagai barang. Para penjual itu seperti provider informasi, baik melalui link berita, blog, status di medsos, dll. Para pembeli adalah pembacanya.

Saya menggunakan analogi pasar tradisional daripada supermarket, karena rasanya pasar tradisional lebih mewakili daripada supermarket.

Di pasar tradisional, ada banyak penjual yang menjajakan dagangannya. Ada produk yang sama ada juga yang berbeda, dengan kualitas barang yang beragam. Ada barang berkualitas ada juga yang bisa dikategorikan sebagai "sampah". Masing-masing penjual memiliki ragam cara untuk mempengaruhi pembeli agar membeli barang dagangannya.

Ada penjual yang begitu ramahnya menyapa pembeli, menawarkan barang dagangan dengan senyum manis, dengan menjelaskan keunggulan barangnya, bahkan tidak jarang yang dengan cara memburukkan "toko sebelah". Ada yang memberikan diskon, dan ada pula yang memberi hadiah bonus. Pernah juga sih saya menemukan penjual yang menjajakan dengan cara "mengancam", 'Kalau tidak beli barang saya, maka ibu akan rugi dan menyesal'. Tapi tetap ada sih, penjual yang hanya diam saja menunggui barangnya. Kadang sambil bermain hp, duduk terkantuk-kantuk atau duduk diam dengan mata menerawang. Mereka ini tampak seperti 'tak peduli' ada atau tidak pembeli atau pengunjung yang datang.

Ada penjual yang nothing to loose, maksudnya, dia senang saja ada pengunjung yang datang dan hanya melihat barang dagangannya. Menawar bolak-balik tapi tetap tak jadi membeli. Tapi ada penjual yang senyumannya hilang, dan langsung tak acuh ketika tahu pengunjung ini hanya berniat melihat tanpa bermaksud membeli.

Sekarang tentang karakteristik pembeli. Ada pembeli yang tak punya tujuan saat datang ke pasar. Atau dia punya tujuan, membawa catatan tapi teralih perhatiannya ketika melihat ragam barang yang menarik dan terhipnosis oleh rayuan penjual. Yang paling efektif dan efisien tentunya pembeli yang punya tujuan, tahu apa barang yang akan dibeli, tahu di mana tempat yang baik untuk membeli, kritis dan tidak mudah terkecoh oleh rayuan dan jebakan penjual.

Ada kalanya pembeli sudah punya penjual langganan. Pembeli yang sudah memiliki "ikatan emosional" seperti ini akan enggan beralih ke penjual lain. Bahkan ia melakukan free marketing dengan mempromosikan barang penjual langganannya kepada orang-orang lain dengan bersemangat.

Para provider informasi sebagai "penjual informasi" ini juga melakukan ragam cara untuk "memasarkan" informasi atau opininya. Prinsip membujuk pembeli tetap digunakan, sekalipun tidak menggunakan senyuman. Informasi yang membuat penasaran, pilihan kata yang menarik, gambar yang menggoda, menyalahkan/memburukkan pendapat berbeda, perintah menyebarkan, sindiran dan bahkan ancaman bila tidak menyebarkan, adalah ragam bentuk cara mempengaruhi yang digunakan.

Para pembeli juga unik. Ada yang terombang-ambing dengan ragam informasi yang saling bertolak belakang. Ada pula yang sangat teguh memegang satu atau beberapa provider informasi yang mereka percayai. Mereka seperti para pelanggan fanatik, yang hanya mengakses informasi dari penjual pilihannya. Mereka hanya mau mendengar dan mendukung apa yang mereka ingin dengar. Segera menolak, menyerang, menuduh bohong, tidak mau membaca, bahkan mendelete informasi yang tidak disukainya. Mereka juga yang melakukan free marketing dengan bersemangat share/membagikan informasi ke berbagai tempat. Tak merasa perlu kritis dan recheck karena sudah begitu yakin dengan apa yang disharenya. Mereka juga memaafkan jika ada informasi yang disukainya tapi didukung data yang jelas salah. "Pokoknya maksudnya baik" adalah dalih sakti yang digunakan.

Seperti seorang pembeli yang datang ke pasar, saya perlu membawa catatan daftar belanjaan. Saya hanya membeli apa yang sudah saya rencanakan dan saya butuhkan. Saya perlu kritis memilih agar memperoleh yang terbaik. Saya tidak layak terpaksa membeli hanya karena penjual menawarkan baik dengan cara manis maupun dengan sindiran dan ancaman. Atau karena banyak sekali orang yang membeli barang yang sama. Kecuali saya tak peduli, apakah barang yang saya beli berkah atau tidak. Dan kecuali kalau saya merasa harus selalu konform dan tak berani berbeda pilihan.


*Penting sekali untuk cerdas membeli barang, eh cerdas memilih, memilah dan membagi informasi digital ...
*Penting sekali untuk tidak mudah terpengaruh oleh bujuk rayu penjual barang yang nyata maupun yang maya.
*Ngingetin diri sendiri .....


Yeti Widiati 201216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...