Jumat, 16 Desember 2016

MENGAYAK PERTEMANAN - yws
(Konteks bahasan Sociometry - Locmotion)


Beberapa pekan lalu saya sempat belajar sekilas mengenai Psikodrama. Ada bahasan mengenai Sosiometri yaitu suatu cara untuk memetakan dan mengukur derajat kedekatan seseorang dengan orang lainnya. Ada ragam cara, dan salah satunya adalah Locomotion. Bagaimana orang mengelompokkan dirinya dalam beberapa kelompok tertentu.

Dengan cara experiential dan fun kami mengubah-ubah kelompok. Misalnya ketika pengelompokkan berdasar warna, A memilih masuk kelompok merah. B memilih biru. C memilih warna hijau. Tapi ketika pengelompokkan berdasarkan hobi, ternyata A dan B satu kelompok sementara C berada dalam kelompok lain. Dan ketika pengelompokkan berdasarkan aktivitas, B dan C yang satu kelompok, A berada dalam kelompok lain. Ada satu waktu sekelompok orang merasa tidak sesuai bergabung dengan kelompok yang ada, dan fasilitator kemudian membentuk kelompok baru untuk mereka yang tidak bisa terwadahi dalam kelompok yang ada. Kadang ada beberapa anggota yang merasa orang lain masuk kelompoknya, dan kemudian menarik-narik orang tersebut untuk masuk. Sebaliknya ada orang yang merasa satu anggota bukan berada dalam kelompoknya, dan "mengusir" orang tersebut yang dianggap salah tempat.

Saat belajar itu, saya lebih banyak merasakan senang. Ada sih analisis tapi rasanya belum cukup mendalam. Sampai kemudian saya melihat keadaan sekarang, dan saya pun tercenung. Ternyata sosiometri begitu bernilai dan powerful dalam "mengukur kekuatan" hubungan.

Bahwa ternyata kita selalu memiliki anggota kelompok yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dalam konteks jenis kelamin, saya akan bergabung dengan kelompok perempuan. Tapi dalam kelompok profesi, saya akan memiliki kelompok berbeda yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Saya juga bisa membuat kelompok dalam kelompok, yaitu ketika saya membuat batasan lagi yang lebih spesifik, misalnya dengan atribut jenis kelamin, profesi, minat, kekhususan, jenis kelamin, domisili, suku, agama, hobi, karakter, dll. Semakin bertambah batasan saya, maka semakin kecil kelompok yang saya masuki.

Dalam keluarga, saya sekelompok dengan suami saat bicara tentang pendidikan anak. Tapi saya akan bersekutu dengan anak-anak perempuan saya ketika belanja baju. Saya memiliki irisan minat yang sama dengan anak lelaki saya saat membahas mengenai sejarah.

Bersekutu dan berseteru berjalan sangat dinamis. Saya bisa berpihak dan membela pendapat suami pada satu waktu. Namun di kesempatan lain saya berpihak dan membela pendapat anak saya. Pernah juga saya terisolir sendirian ketika anak - anak punya pendapat yang sama dengan ayahnya. Biasanya sih ketika urusan yang terkait dengan teknologi.

Menyadari bahwa kita begitu plastis dan memiliki perubahan irisan kelompok yang cepat dan variatif, maka jika kita sangat kaku dan memaksa saat berada dalam satu kelompok, peluang emosi terpicu menjadi sangat besar dan akan mengganggu relasi dan pembentukan kelompok lainnya.

Fenomena bola AFF, menunjukkan dengan sangat baik. Bahwa orang bisa sejenak bersekutu sebagai satu bangsa. Saya juga melihat kita juga bisa bersekutu saat ada sesuatu yang dipersepsi sebagai "musuh bersama".

Dinamika berseteru dan bersekutu ini dimanfaatkan Virginia Satir dalam Family Therapy, untuk memperkuat ikatan keluarga. Sementara pemerintah Belanda di masa kolonial menggunakan prinsip ini dengan baik untuk memecah-belah bangsa Indonesia selama ratusan tahun dan akibatnya masih dirasakan sekarang.

Bangsa kita yang memiliki atribut beragam dibenturkan satu sama lain, sehingga ikatan sebagai satu kelompok besar dengan atribut yang sama, tidak terbentuk. Ketika kita mempersepsi penjajah sebagai musuh bersama barulah kita bersatu. Dan ketika musuh bersama itu hilang, kita pun "menciptakan" musuh di antara kita. Mereka yang awalnya satu kelompok dengan kita, kita keluarkan dari kelompok karena tidak memiliki satu atribut tertentu yang sama. Bahkan ada orang yang dikeluarkan hanya karena memiliki habit yang berbeda yang dianggap buruk.

*Dan ketika ayakan pertemanan semakin halus menyaring ....
maka kita semakin mendekati kesendirian dalam keramaian ....


Yeti Widiati 161216 (another 'pretty date' in December)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...