Kamis, 10 September 2015

TAKUT
(Pengelolaan Emosi) - yws

Dari pengamatan dan analisis terbatas terhadap case-case yang dihadapi, saya menemukan bahwa kebanyakan masalah ternyata berakar dari perasaan takut dan bila tidak dikelola dengan baik, maka berbuah menjadi perilaku yang mengganggu.

Misalnya, takut kehilangan perhatian, takut kehilangan kasih sayang, takut kehilangan harga diri, dll. Siapa pun bisa merasakan takut, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Dan semua perasaan takut itu bersifat subyektif, artinya, hal yang menakutkan bagi seseorang bisa tidak menakutkan bagi orang lain. Karena semua perasaan takut berangkat dari pengalaman yang berbeda-beda.

Ketika takut diiringi dengan perasaan tidak berdaya, maka kecemasan dan kegelisahan datang menyiksa.

Ketika takut direspon dengan usaha perlawanan, maka kemarahan dan agresivitas membakar jiwa.

Ketika ketakutan benar-benar menjadi nyata, maka kesedihan menjadi depresi dan putus asa.

Ada takut yang nyata dan alamiah, misalnya seperti takut binatang buas, takut jatuh, takut bencana alam, takut suara keras, takut tenggelam, dll. Menghadapi takut yang seperti ini, maka yang perlu dilakukan adalah melatih dan menguatkan diri, sehingga dapat mengurangi risiko menghadapi stimulus ketakutan itu.

Tapi ada ketakutan yang dibentuk oleh pikiran negatif kita. Ketakutan yang tidak real yang bertambah buruk karena prasangka dan pikiran subyektif.
- "Saya tidak mau bergabung dengan kelompok itu, jangan-jangan nanti saya dibully"
- "Saya tidak mau mengerjakan pekerjaan ini, jangan-jangan nanti saya gagal"
- "Saya tidak mau bicara di depan orang banyak, gimana nanti kalau saya ditertawakan"
- dll.

Ketakutan seperti ini kerap disebut dengan istilah kecemasan (anxiety). Kecemasan berulang dan terus-menerus bahkan bisa menyerang diri kita secara fisik. Migrain, maag, gatal-gatal, asma, sariawan, sakit punggung adalah sebagian kecil kondisi fisik yang seringkali memiliki kaitan dengan kecemasan.

Ketakutan jenis kedua ini biasanya tidak muncul begitu saja, tapi didasari oleh pengalaman ketakutan yang tidak tuntas di masa lalu (biasanya terjadi di masa anak terutama 5 tahun pertama). Karenanya betapa penting orangtua membimbing dan mengajarkan anak bagaimana mengelola rasa takutnya dengan baik, sehingga tidak terbawa hingga dewasa.

Namun bila sudah kepalang terbawa hingga dewasa, maka masih tetap ada
hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketakutan ini antara lain dengan "MENANTANG dan MEMPERTANYAKAN" semua pikiran-pikiran negatif tersebut.
- Apa betul kalau saya bergabung dengan kelompok itu saya akan dibully? Mana buktinya? Apa yang membuat saya layak dibully? Kalau dibully pun apa yang saya akan lakukan?

- Bagaimana saya bisa gagal? Kalau gagal pun apa salahnya, saya bisa belajar lagi.

- Apa yang membuat tidak mau bicara depan orang banyak? Kalau orang lain menertawakan siapa yang salah? Apa untung dan ruginya kalau saya tidak berani bicara?
- Dll.

*Dan jauhilah prasangka buruk, karena sebagian dari prasangka buruk itu adalah dosa QS 49:12

Maka takutlah pada Sang Maha Kuat
Mintalah perlindungan dari-Nya
Terimalah keterbatasan diri
Dan maafkan mereka yang dirasakan melanggar

Ketika jelas semua akar rasa takut tersebut,
maka pola menghadapinya pun menjadi jauh terasa lebih sederhana.
Orang menjadi lebih optimis
bahwa dia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

*Mengingatkan paling dulu untuk diri sendiri.

Yeti Widiati S.

*Repost dengan editing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...