Kamis, 10 September 2015

IBU SETENGAH CENAYANG
(Konteks Perkembangan Bicara Anak) - yws

Anak : Blmbrlh ... kaforh .... fiprtli .... icjw
Ibu : Ooo iya sebentar yaaa ... bunda ambilkan


Banyak ibu (dan juga mbak2 pengasuh) dengan ajaibnya memahami bahasa "planet" bayinya. Interaksi dan kedekatan yang intens antara ibu dan bayi, seringkali membuat mereka hanya dengan bertatapan atau mendengarkan rengekan/tangisan, sudah memahami apa yang diinginkan. Kepekaan terasah ketika ada bonding (ikatan) yang begitu kuat. Para ibu ini sudah seperti setengah cenayang.

Menariknya adalah, bahwa hal ini tidak terjadi pada semua ibu. Karena ada cukup banyak juga ibu-ibu yang salah-salah ketika menginterpretasi keinginan anak. Sok tahu yang berujung memaksa, atau tebak-tebakan yang berujung emosi kerap terjadi pada ibu-ibu ini.

Beruntungnya, kemampuan cenayang bukanlah indikator untuk menentukan apakah seorang perempuan adalah ibu yang baik atau bukan. Kalau ya, bisa-bisa sebagian besar ibu-ibu muda akan kecewa mengira dirinya tidak layak menjadi ibu.

Baik para ibu yang punya kepekaan tinggi, para ibu yang "sok tahu" maupun para ibu yang sering salah menangkap pesan anak, semuanya punya tanggung jawab dan amanah yang sama yaitu mengajarkan anak untuk berbicara dengan jelas (artikulatif) dan runtut sehingga dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan dipahami dengan baik oleh orang lain.

Ibu setengah cenayang justru yang kerap luput pada tanggung jawab ini, Merasa sudah paham anaknya, mereka jadi lupa mendorong dan membimbing anak untuk berbicara dan mengungkapkan keinginannya dengan jelas. Akibatnya si anak tumbuh besar dengan ketrampilan berkomunikasi yang tidak optimal. Kebiasaan di rumah terbawa ke lingkungan saat ia ngambek, tidak mau bicara dan menuntut guru atau temannya paham apa yang diinginkannya. Dan dia frustrasi serta tak mengerti mengapa gurunya tidak seperti ibunya yang selalu memahami dirinya.

Bayangkan bila hal ini terbawa hingga anak menikah. Ketika ada masalah dia tidak mau berkomunikasi karena menuntut pasangannya bisa memahami sendiri tanpa perlu diberi tahu. "Mestinya kamu ngerti dong, salah kamu itu apa ...!" (Familiarkah dengan kalimat ini? smile emotikon )

Kembali lagi pada relasi ibu dan anak. Adalah baik, seseorang ibu memiliki kepekaan dan kemampuan untuk memahami orang lain hanya dengan melihat ekspresi atau gestur tubuh anaknya, atau dari bahasa tersirat yang disampaikannya. Namun dalam konteks pendidikan anak, maka para ibu setengah cenayang ini perlu menahan diri dan lebih berfokus pada kepentingan pengembangan anak.

*Kepekaan seorang ibu baik sekali dimiliki untuk menjadi resources dalam memahami anak. Namun perlu dikelola agar tidak mendorongnya mengambil kesempatan anak mengembangkan dirinya sendiri secara mandiri.

Yeti Widiati S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...