Selasa, 26 Desember 2017



MENIKMATI PERJALANAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK - yws

Ceritanya kita dan beberapa orang teman berkemas untuk bersama mendaki gunung. Diantara teman-teman ini, ada yang sudah trampil naik gunung, ada yang belum trampil tapi ia cukup kuat ada yang mudah lelah dan ada pula yang sama sekali belum pernah naik gunung.

Kita akan mendaki gunung untuk sampai puncak. Dan untuk sampai puncak, kita akan mengacu pada peta yang diberikan dan kita perlu melalui beberapa pos. Di pos itu ada pengecekan, apakah kita siap untuk melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya dengan melihat perbekalan yang kita miliki, kebugaran fisik dan juga kemampuan kita.

Setelah menyiapkan diri, berangkatlah kita dengan beberapa teman ini untuk mendaki gunung dan mencapai puncak. Ternyata, belum jauh perjalanan mulai terlihat ada perbedaan dalam kecepatan setiap orang. Mereka yang trampil sudah berjalan melebihi teman-temannya yang lain. Tapi juga ada teman-teman yang tertinggal karena mereka belum cukup trampil mendaki, sering berhenti karena mudah lelah atau bahkan terlambat karena penyebab tak terduga lainnya (kehabisan bekal, terpeleset, terhalang binatang lewat, dll). Namun kebanyakan kita masih bisa berjalan bersama-sama.

Pada akhirnya ada yang sampai di puncak terlebih dahulu. Ada yang tiba beramai-ramai, ada yang lebih lambat, dan bahkan ada pula yang tidak sampai ke puncak sama sekali.

Namun yang menarik adalah bagaimana kita semua menikmati perjalanan tersebut.
- Ada yang berjalan dengan riang gembira menikmati perjalanannya sekalipun ia tidak terlalu cepat.
- Ada pula yang mengeluh terus karena merasa terbebani dan merasa kesulitan. Terlepas apakah dia sampai atau tidak, namun ia tidak menikmati apa yang dilakukannya.
- Ada yang menghayati perjalanan ini sebagai kompetisi, sehingga berjalan tergesa-gesa. Mereka ini pun tidak bisa menikmati perjalanannya dengan senang.
--------------

Saya mencoba menjadikan perjalanan mendaki gunung itu sebagai metafora pengasuhan dan pendidikan anak.

Misalkan, puncak gunung adalah kemampuan/ketrampilan tertentu yang perlu dicapai oleh seorang anak. Maka "peta" adalah "skema" yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan tersebut. Pos-pos pemberhentian adalah tahapan-tahapan usia tertentu, yang biasanya dijadikan acuan penilaian pencapaian tugas perkembangan.

Nah, setiap anak dilahirkan dengan resourcesnya masing-masing. Boleh jadi ada kurang di satu hal namun banyak lebih dalam hal lain. Mereka semua pada awalnya berangkat dari titik yang sama, namun kemudian menjadi berbeda kecepatan perkembangannya karena resourcesnya dan juga karena pengaruh lingkungannya. Ada yang lebih cepat, ada yang lebih lambat. Namun sebagian besar mengikuti kurva normal, dan berada dalam kelompok besar yang sama. Mereka yang berada dalam kelompok 60-80% persen ini lah yang dijadikan acuan millestone oleh para peneliti. Misalnya, umumnya anak sudah bisa berjalan pada usia antara 11 -14 bulan.

Lalu bagaimana dengan anak-anak yang terlambat perkembangannya? Maka dibutuhkan penerimaan dan kebijakan dari orangtua untuk mengasuh, mendampingi, melatih dan mendidiknya. Bila anak lambat, maka tak perlu dipaksakan harus sama dengan anak-anak lain yang lebih cepat. Skema atau "peta perjalanan" dan juga tujuannya masih tetap sama, tapi kecepatan yang berbeda membuatnya perlu acceptance dan kesabaran lebih besar dari orangtua/pengasuhnya.

Orangtua tak perlu membantu berlebihan hanya agar anaknya bisa sama dengan anak-anak lain, karena fondasi kemampuan yang kurang kuat, akan membuat hilangnya kepercayaan diri anak dan kebergantungan yang besar pada orangtuanya. Analogi dengan pendaki itu adalah mereka yang mendaki tapi digendong orang lain. Akibatnya kaki mereka tetap tidak kuat, dan mereka gamang berdiri di tempat yang tinggi.

Bagi anak-anak ini, dengan kondisi dan resources apa pun (menurut saya) jauh lebih baik adalah mereka menikmati perjalanan pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga potensinya benar-benar bisa termanfaatkan dengan baik.

Orangtua yang penuh penerimaan akan membuat anak nyaman dan terlindungi. Dan anak yang bahagia membuat orangtuanya juga bahagia.

Yeti Widiati 84-261217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...