Minggu, 11 Januari 2015

BERUBAH ... ?

Untuk berubah maka kita membutuhkan:

1. Kesadaran adanya hal yang tidak benar (tidak adil, tidak nyaman, dll)
Adanya kesadaran pada tahap ini adalah hal yang paling mendasar untuk terjadinya perubahan. Hal ini kerap tidak terjadi pada;
- Anak/remaja yang dibawa orangtuanya untuk berkonsultasi.
- Siswa yang diperintahkan ke ruang BK.
- Suami/istri yang disuruh pasangannya untuk berkonsultasi
- Karyawan yang diperintahkan atasannya untuk berkonsultasi
- Orang yang berada dalam kondisi depresi, cemas, atau emosi luar biasa

Mereka semua kerap tidak menyadari bahwa ada hal yang salah dan perlu diubah. Sehingga waktu konsultasi akan lebih banyak berfokus pada membuat ia menyadari bahwa ada yang perlu diperbaiki.

Bila seseorang masih belum menyadari bahwa dirinya perlu berubah, maka usaha-usaha perubahan biasanya hanya berlangsung superficial (permukaan saja), tidak bersifat permanen dan kerapkali kambuh kembali ke perilaku sebelumnya.

2. Keinginan untuk adanya perubahan
Pada satu titik akhirnya setelah orang sampai pada kesadaran bahwa ada sesuatu yang "salah" dalam hidupnya maka orang ingin adanya perubahan. Orang mulai mencari-cari di mana letak kesalahannya. Bersikap egosentris adalah hal yang paling umum, sehingga banyak kita temui orang lebih mudah menuding kesalahan pihak lain dari pada dirinya sendiri.

Mengeluh, mengeluh dan mengeluh adalah khas pada tahap ini. Terutama keluhan yang berisi tudingan pada pihak lain dan tuntutan agar pihak lain melakukan perubahan. Sayangnya, kalau pun keinginannya dipenuhi oleh pihak lain, masih saja orang-orang ini tidak puas dan selalu berhasil menemukan celah kesalahan pihak lain.

3. Keputusan untuk melakukan perubahan
Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya juga berada dalam jejaring masalah, maka ia mulai melakukan kalkulasi dan pemilahan. Ia menemukan bahwa terlalu berat untuk bisa menyelesaikan segala hal. Dan lebih masuk akal bila melakukan perubahan dari diri sendiri terlebih dahulu.

Pada titik ini orang akan memutuskan untuk melakukan perubahan. Ketidak-efektifan atau bahkan kegagalan berpeluang terjadi saat seseorang:
- membuat persyaratan, misalnya, "Oke saya lakukan ini tapi kamu harus lakukan itu," "Ayah akan sayang sama kamu asal kamu prestasinya bagus."Saya tidak akan selingkuh lagi asal kamu tidak cerewat dan curiga," dll.
- tidak percaya bahwa perubahan yang dilakukan pada dirinya akan membawa pada hal yang diinginkan.

Ketika seseorang masih berpusat pada kepentingan dirinya sendiri, dan menjadikan dirinya sebagai akibat dari pihak atau lingkungan lain, maka perubahan menjadi kurang efektif.

4. Kesediaan berusaha
Saat orang memutuskan perubahan, biasanya ia lebih banyak mendasarkan pada respon flight atau respon untuk menghindari ketidak-nyamanan. Seperti orang yang berlari menghindar dari ancaman binatang buas atau seperti orang yang menghindar dari mobil kencang yang hampir menabraknya, maka ada energi luar biasa yang akan mendorongnya. Namun energi itu biasanya tidak berlangsung lama. Setelah ancaman hilang maka energi pun berkurang.

Untuk memelihara energi, maka orang perlu berpindah dari flight respon menjadi fight respon. Fight respon membutuhkan tujuan yang jelas. Beberapa orang menjadi lelah sebelum berjuang karena membayangkan kesulitan-kesulitan yang menghadangnya. Sehingga banyak target-target menantang yang perlu ditetapkan untuk menguatkan motivasinya.

5. Daya tahan untuk tetap persisten
Pencapaian tujuan seringkali menuntut perilaku berulang. Seperti orang yang menggerakkan gergaji dari atas ke bawah terus-menerus hingga papan terbelah. Seperti roda mobil yang berputar memungkinkan mobil berpindah. Seperti bumi yang berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari. Jika gerakan berulang itu terhenti, maka kita tidak mencapai tujuan. Kadang bahkan kita tidak tahu di mana ujung atau akhir perjalanan, karena yang diminta hanya terus bergerak dan bergerak. Kesabaran adalah persistensi untuk tetap bergerak.

Oleh karena itu tak cukup hanya;
- Menyatakan "cinta" satu kali bila ingin orang yakin bahwa kita mencintai
- Mengerjakan satu kali tapi berharap perubahan yang menetap
- Membuat perubahan satu kali, tapi tidak memeliharanya sehingga menjadi suatu karakter, dll

6. Strategi untuk efisiensi dan efektivitas
Seperti mobil yang berputar-putar mencapai tujuan, sehingga menghabiskan bensin, maka peta yang jelas, kemampuan menyetir yang baik dan mobil yang terpelihara, semua adalah bagian dari strategi dan kapabiltas yang dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan.

Belajar dan meningkatkan ketrampilan adalah point-nya. Ini penting, tapi bukan yang paling penting. Karenanya saat tidak dimilikinya sarana penunjang, ini tidak perlu menjadi hambatan/penghalang untuk bergerak. Mereka yang masih berkata, "Kalau tidak ada sarana dan alat maka kami tidak bisa berubah" atau "Saya bukan bakatnya di situ, maka saya tidak bisa melakukannya" mereka adalah orang-orang yang meributkan hal-hal yang bukan substansi. Mereka masih mencari celah dan alasan untuk excuse terhadap ketidak-efektifan dan kegagalan.

7. Fleksibilitas mental menghadapi variasi situasi (kegagalan atau keberhasilan)
Pengetahuan membuat kita mengerti secara kognitif. Ketrampilan membuat kita piawai secara psikomotorik. Sementara mengelola emosi yang diperoleh dari kemampuan menghadapi variasi situasi, adalah pembelajaran untuk mental.
- Apakah kita menjadi terpuruk setelah mengalami kegagalan?
- Apakah kita berusaha bangkit dengan membuat evaluasi terlebih dahulu?
- Apakah kita menjadi sombong setelah pencapaian keberhasilan?

Semuanya adalah pembelajaran mental untuk menghadapi beragam situasi yang tak terduga. Termasuk kesempatan untuk membuat "meaning" atau pemaknaan terhadap situasi yang dihadapi.

8. Harapan, keyakinan dan doa
Apapun yang kita alami, kesedihan, kesenangan, kegagalan, keberhasilan, bahkan kebosanan, semuanya memiliki arti.

Sesudah semua tahap dilalui, ada kesadaran yang sampai bahwa kita memiliki "kemampuan" untuk membuat perubahan dan itu menimbulkan rasa senang. Namun tetap saja ada hal-hal yang di luar batas kemampuan dan pemikiran manusia. Sesuatu yang sakral, beyond, dan Maha Kuasa.

Sehingga penghambaan dan pengagungan berupa perasaan harap cemas, keyakinan akan kasih sayang-Nya, doa permohonan serta penerimaan terhadap ketentuan, menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan usaha perubahan.

-------

*Disarikan dari pengamatan dan pengalaman
*Ditulis oleh dia yang masih terus berjuang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...