Seri Perkembangan Anak (Kesiapan Sekolah)
Selain menulis maka ketrampilan lain yang dibutuhkan anak untuk masuk sekolah dasar, adalah 'membaca'. Ketrampilan ini signifikan dibutuhkan karena akan ada banyak aktivitas membaca yang dilakukan ketika anak mulai belajar secara formal. Membaca juga menjadi tools/alat baginya untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri.
Sayangnya tidak sedikit orang tua yang memperlakukan "membaca" sebagai tujuan akhir yang perlu dicapai dalam tempo sesingkat-singkatnya, kalau perlu dengan cara berlomba-lomba. Hal ini menghilangkan tujuan yang jauh lebih penting, yaitu kemampuan memahami dan kesenangan belajar.
Ketrampilan membaca membutuhkan kemampuan anak untuk memahami bentuk-bentuk dasar terlebih dahulu. Lingkaran, segi empat dan segi tiga adalah bentuk-bentuk dasar. Pengenalan bentuk-bentuk ini dapat dilakukan dalam keseharian, baik dalam bentuk permainan balok, keping puzzle, atau juga mengamati benda-benda keseharian. Silakan cek kembali tulisan (terjemahan) saya pada beberapa hari terakhir bulan Desember 2020, mengenai aktivitas yang dapat dilakukan pada rentang usia tertentu.
Anak belajar pada awalnya adalah dengan sensori/indranya. Ia belum mengembangkan kemampuan berpikir yang kompleks. Oleh karena itu belajar membaca lebih mudah adalah dengan "melihat gambar" daripada dengan mengeja.
Perhatikan saja anak kita, betapa mudah anak kita mengenali logo restoran terkenal, pusat perbelanjaan, merk mobil, benda-benda termasuk makanan kecil. Mau membuktikan? Ajak balita kita yang belum bisa membaca ke supermarket, lalu tanyakan tulisan/merk tertentu pada benda-benda yang biasa dikonsumsi, biasanya 80-90% bisa menjawab dengan baik. Kita bisa saja mengatakan, itu sih bukan membaca, tapi mengasosiasikan gambar. Ya, tapi itulah cara
terbaik
untuk belajar membaca, yaitu dengan cara melihat (visual), mendengar (auditori), dan menggambarkannya (kinestetik). 1. MELIHAT
Buat label nama-nama benda di rumah dan tempelkan pada tempat yang mudah dan sering dilihat anak. Buat dengan bentuk, warna, ukuran yang menarik bagi anak. Misalnya, ada tulisan MEJA, KURSI, LEMARI, KULKAS, dan perabot lainnya. Kalau anak mudah menghafal logo Pizza Hut atau tulisan Bimoli karena sering melihatnya, maka ia pun akan bisa mengenali tulisan KURSI yang ditempelkan pada kursi.
Bagaimana dengan benda-benda bergerak atau yang tidak mungkin ditempeli? Kartu-kartu bergambar dengan tulisan di bawahnya atau foto-foto dapat digunakan untuk tujuan ini. Membaca buku bergambar bersama dan bermain tebak-tebakan pun juga dapat dilakukan.
2. MENDENGAR
Asosiasi adalah penting dalam belajar membaca. Ini merupakan dasar kemampuan memahami. Anak mungkin saja setiap hari melihat tulisan "Ultra" atau "Dancow" di kotak susunya, tapi bila kita tidak pernah mengatakannya maka tulisan itu menjadi tidak bermakna, maka kita perlu mengatakannya "Ayuk adek minum susu Dancow, ini tulisannya (sambil menunjuk pada tulisan Dancow) D-A-N-C-O-W. Atau, "Bunda mau menggoreng dulu pakai minyak Bimoli. Nii tulisan Bimolinya."
3. MENGGAMBAR
Ajak anak "menggambarkan" logo atau tulisan yang dilihat. Beri kesempatan ia mewarnainya, sehingga proses membuat huruf-huruf itu betul-betul dihayatinya. Orang tua bisa membuatkan asosiasi, misalnya, "Ini yang perutnya dua namanya huruf B." "Ini yang seperti ular namanya S, sssss ......" atau "Wah huruf A kayak atap rumah ya, ..." Variasi lain dari menggambar, bisa juga dengan menggunting bentuk huruf, tracing, membuat huruf dari plastisin, dll.
Bila aktivitas di atas sering dilakukan, maka anak akan lebih siap ketika ia belajar mengeja untuk membaca (atau bahkan menulis) kata-kata yang tidak bisa divisualisasikan.
Sekali lagi, yang paling penting bukan anak "hanya" bisa membaca, tapi ia SENANG dan PAHAM dengan apa yang dibacanya.
Yeti Widiati - 030121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar