Kemarin saya menuliskan bahwa emosi memiliki fungsi seperti alarm yang memberikan isyarat kepada kita, bahwa ada sesuatu hal yang terjadi, ada sesuatu hal yang dipikirkan dan dihayati sehingga mendorong perilaku tertentu.
Sebagai alarm juga berkaitan dengan fungsi keamanan dan keselamatan diri. Artinya mereka yang menampilkan emosi dan perilaku tertentu berarti ia sedang berusaha melindungi dirinya dari suatu ancaman yang bisa melukai dirinya secara fisik ataupun psikologis.
Bagaimana kita menerapkan analogi ini dalam keseharian?
Kita perlu mengenali terlebih dahulu emosi dasar yang berkait dengan perlindungan diri, yaitu marah, takut & cemas, dan sedih. Sebetulnya masih banyak lagi emosi lainnya, namun saya membatasi 3 kelompok emosi di atas, karena ini yang paling sering muncul, dan relatif paling mudah untuk diidentifikasi.
1. MARAH:
Terpicu ketika seseorang merasa:
- terancam dan merasa harus melawan
- diperlakukan tidak adil,
- ada aturan yang dilanggar
- ada harapannya tidak tercapai.
2. TAKUT & CEMAS:
Terpicu ketika seseorang merasa:
- terancam baik fisik maupun harga dirinya.
- tidak mampu untuk melawan namun masih memiliki kemampuan untuk menghindar
Pada 'takut', obyeknya jelas dan terjadi saat ini. Sementara pada 'cemas', obyeknya tidak jelas dan belum terjadi.
3. SEDIH:
Terpicu ketika seseorang merasa:
- terancam namun tidak berdaya untuk melawan
- tidak mencapai apa yang diharapkannya
Jadi ketika
- Diri kita dikritik oleh orang lain atas pekerjaan kita baik sebagai karyawan di kantor maupun sebagai orang tua yang mengasuh anak di rumah, lalu kita marah. Maka marah ini adalah isyarat bagi kita bahwa ada sesuatu "ancaman" yang kita hayati. Apa ancaman itu? Banyak kemungkinannya, setiap orang bisa berbeda, salah satunya adalah merasa harga dirinya terancam, takut (ada takut juga) direndahkan atau keburukannya terlihat orang lain. Marah muncul untuk mempertahankan diri.
- Seorang remaja marah ketika wifinya dicabut ayahnya tanpa pemberitahuan. Mungkin ayahnya merasa bahwa perbuatannya benar dan bertujuan baik, agar anaknya tidak main games terus, dan boleh jadi remaja ini pun tahu alasan ayahnya. Tapi kenapa dia marah? Marah ini adalah isyarat bahwa anak merasa ada perlakuan tidak adil, ia tidak diajak diskusi terlebih dahulu, diperlakukan seperti anak kecil yang tidak mengerti. Ada aturan yang dilanggar orang tua juga, yaitu aturan saling menghargai.
- Seorang balita menangis ketakutan ditinggal orang tuanya di play ground. Padahal ada banyak mainan di situ, ada orang yang menjaga, dan orang tua juga pasti akan kembali lagi. Perasaan takut anak menunjukkan bahwa anak merasa insecure (tidak aman), ia takut tidak ada yang melindunginya ketika jatuh, atau ada orang yang menyakiti. Semua yang asing dan baru, dapat dihayati sebagai bahaya oleh balita yang belum memiliki pengalaman memadai. Pengasuh baru pun tetap dianggap "bahaya" oleh balita, ketika belum ada trust (rasa percaya) yang terbentuk pada anak terhadap pengasuhnya tersebut.
- Seorang suami yang diam saja tidak berkata, setelah memperoleh kabar PHK dari kantornya. Adalah isyarat bahwa ia mengalami kesedihan, kebingungan dan ketidak berdayaan. Ada harapan yang tidak tercapai, ada kecemasan menghadapi masa depan, namun juga ada ketidak-berdayaan menghadapi hal yang tidak jelas.
Jadi, ketika kita, anak kita, pasangan kita, atau orang di sekitar kita menghayati emosi tertentu. Maka itu adalah isyarat bahwa ada sesuatu yang perlu ditangani.
Melarang, menyangkal dan mengabaikan dan berusaha menghilangkan emosi itu bukanlah pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Yeti Widiati - 090121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar