Jumat, 31 Oktober 2014

BOHONG ITU MENGHANCURKAN

Seorang anak yang mengalami demotivasi di sekolah mengeluh,
"Saya sedih bu, ibu saya berbohong, ternyata ayah saya masih hidup"

Saya tanya pada ibunya, apa yang membuat ibu memutuskan untuk membohongi anaknya.

- Saya kesal bu sama suami saya. Dia berselingkuh dan menikah lagi dengan wanita lain. Saya tidak bisa terima. Saya memang katakan pada anak saya kalau ayahnya sudah meninggal. Biar saja, memang dia tidak layak menjadi seorang ayah. Dia tidak bertanggung jawab

+ Bu, kalau saya bilang ibunya ibu adalah orang jahat, bagaimana perasaan ibu?

- Ya marah lah bu, saya gak terima. Gimana-gimana juga itu ibu saya. Orang lain tidak boleh menghina ibu saya yang sudah melahirkan dan mengasuh saya.

+ Ibu marah ya ....
Perasaan marah itu juga yang dirasakan oleh anak ibu. Ayahnya, ayah kandungnya dikatakan buruk dan sudah meninggal. Bukan oleh orang lain bu, tapi oleh ibu kandungnya sendiri, orang yang sebetulnya ia cintai. Kenyataan bahwa ayahnya tidak ideal itu saja sudah membuatnya sedih, apalagi ketika keburukan itu disampaikan oleh ibu kandungnya sendiri. Ia hancur hatinya bu, karena orang-orang tempatnya bersandar ternyata rapuh dan mengecewakan.

*Sebesar apa pun kesal dan sebal kita kepada pasangan, hindari menceritakannya kepada anak. Karena bagi anak, orang yang diceritakan itu bagaimanapun adalah orangtuanya sendiri. Seburuk apapun orangtua kita, kita tak akan suka bila ia dihina apalagi bila yang menghina itu adalah juga orang yang berarti dalam hidupnya.

Suami-istri bisa hilang rasa cinta dan berpisah. Tapi ikatan orangtua-anak adalah ikatan darah yang tak bisa dihapus selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...