Jumat, 31 Oktober 2014



BAKAT DAN MINAT, NATURE AND NURTURE

Istilah "minat dan bakat" ini populer sekarang hingga beberapa bulan ke depan. Umumnya terkait dengan penjurusan. Baik siswa kelas 9 yang akan masuk SMA, yang harus sudah mengantungi lembar psikotes yang menunjukkan kecenderungan ke jurusan IPA atau IPS. Juga siswa kelas 12 yang akan masuk perguruan tinggi dan (biasanya) masih bingung dengan pilihannya untuk masuk ke perguruan tinggi.

Bakat itu terkait cepat atau tidaknya seseorang dalam menguasai suatu hal. Orang yang berbakat akan membutuhkan waktu lebih singkat daripada orang yang kurang berbakat dalam penguasaan bidang tertentu.

Sementara minat lebih terkait pada, apakah kita menikmati proses yang kita lakukan atau tidak. Orang yang berminat akan lebih bersemangat dan termotivasi daripada orang yang kurang berminat.

Bagus sekali kalau bakat dan minat selaras. Namun adakalanya bakat tidak selalu selaras dengan minat. Ada orang berbakat musik, tapi minat dan motivasinya hilang, misalnya karena proses belajar musik yang kurang menyenangkan. Atau orang berbakat matematika, nilai pelajaran matematikanya buruk karena gurunya galak atau cara penyampaiannya membingungkan, padahal logika berpikirnya runtut dan cepat berhitung ketika berbelanja.

Bakat itu nature, alamiah atau lebih banyak campur tangan Tuhan di dalamnya. Sementara minat itu nurture dipengaruhi oleh lingkungan.

Ketika saya mewawancarai anak-anak SMA di sebuah sekolah boarding daerah Serpong, saya menemukan bahwa anak-anak yang memiliki arah dan tujuan jelas yang ingin dicapai, biasanya menyandarkan pertimbangan pilihannya pada pengalaman dalam hidupnya.

Misalnya; "Saya ingin jadi dokter bu, soalnya ibu saya meninggal karena sakit kanker. Kalau saya jadi dokter ahli penyakit kanker maka saya bisa membantu banyak orang." Atau,
"Saya ingin menjadi ahli pertanian bu, soalnya di kampung saya petani-petani itu hidupnya susah sekali. Mereka banyak hutang karena biaya alat pertanian, pupuk dan obat hama mahal sekali sementara harga jual hasil pertanian sangat rendah"
"Saya ingin jadi insinyur teknik mesin. Soalnya saya prihatin di Indonesia ini kita hanya membeli saja dari luar negeri dan masih jarang industri otomotif di Indonesia. Saya ingin buat mobil yang bahan bakarnya murah dan ramah lingkungan."

1. Kalau kita mengharapkan anak-anak kita menjadi dokter, maka libatkan ia dalam aktivitas pelayanan kesehatan, khususnya merawat orang sakit atau melihat penderitaan orang lain.

2. Kalau kita mengharapkan anak-anak kita menjadi seorang Insinyur Mesin (otomotif), maka ajak ia ke bengkel, memperbaiki mesin mobil, dll.

3. Kalau kita mengharapkan anak kita bisa menulis dan senang membaca buku. Maka ajak ia ke perpustakaan atau toko buku, hargai tulisan-tulisannya, diskusi mengenai beragam topik buku, dll.

4. Kalau kita mengharapkan anak kita menjadi ilmuwan, peneliti atau pemikir. Maka uji cara berpikirnya dengan diskusi, beri ia kesempatan untuk membuat perencanaan, memecahkan masalah dan melakukan evaluasi, dengan dasar data yang jelas. Melakukan percobaan-percobaan sederhana di rumah juga akan sangat mendukung pengembangan minat dalam bidang ini.

5. Kalau kita mengharapkan anak kita menguasai ekonomi dan bisnis. Libatkan ia dalam aktivitas bisnis, berjualan, bertemu banyak orang, berbelanja. Bahas tentang bagaimana display etalase yang catchy, bahas tentang produk yang disukai anak-anak, remaja, orangtua, dll.

6. Kalau kita mengharapkan anak kita menjadi geolog, diplomat, arkeolog, antropolog, guide atau bidang lain yang bekerja di luar ruangan. Ajak ia untuk mengunjungi berbagai tempat di Indonesia maupun di dunia. Ajak ia ke gunung, pantai, sungai. Ajak ia bertemu dengan berbagai komunitas dan budaya yang berbeda.

7. Kalau kita mengharapkan anak kita pandai berkomunikasi dan bekerja dalam bidang jurnalistik, sosial politik, marketing atau bahkan menjadi guru/dosen. Berikan ia kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan pendapatnya baik dengan menulis maupun berbicara. Dorong ia untuk memahami orang lain dan berpikir dengan cara pandang orang lain, sehingga ketika berbicara ia bisa memilih kata yang sesuai dengan pendengarnya. Berikan pujian saat ia berbicara di depan banyak orang, sehingga ia tidak canggung untuk menjadi pusat perhatian.

8. Kalau kita mengharapkan anak kita menyukai bidang seni, keindahan dan kreativitas. Berikan ia peluang untuk dapat menghasilkan dan menampilkan hasil karyanya. Kunjungi galeri, beri kesempatan ia untuk memberikan penilaian dan apresiasi terhadap hasil karya orang lain.

9. Kalau kita mengharapkan anak kita berkecimpung dalam bidang musik. Perdengarkan ia dengan berbagai style dan genre musik. Tradisional, klasik maupun modern. Ajarkan beragam lagu, alat musik dan bagaimana mengapresiasi musik dan menangkap esensi keindahannya.

10. Kalau kita mengharapkan anak kita trampil dan teliti. Bimbing dan ajarkan ia pada aktivitas yang membutuhkan ketrampilan dan ketelitian. Misalnya, memasak, menata lemari atau kamarnya hingga rapih, menyusun perencanaan acara pesta, dll. Bidang-bidang administrasi, chef, IT, bahkan dokter gigi akan membutuhkan kemampuan ini.

11. Kalau kita mengharapkan anak kita trampil dalam menguasai alat atau aktivitas yang membutuhkan kekuatan dan kendali tubuh, seperti misalnya seorang olahragawan, tentara, polisi, Maka ajak ia melakukan beragam olahraga, mengikuti kegiatan kepramukaan, penguasaan alat dan kegiatan praktis lainnya.

12 Dan kalau kita mengharapkan anak kita memiliki kepedulian dan bisa melayani orang lain, seperti misalnya pekerja sosial, psikolog, perawat, dll. Maka ajak ia untuk bertemu banyak orang agar ia memahami perbedaan dan bagaimana caranya berespon terhadap orang yang berbeda. Berikan kesempatan agar ia bisa menolong orang lain dengan cara yang mampu ia lakukan.

Minat seperti juga bakat tidak selalu spesifik dan berdiri sendiri. Seringkali mereka berkait satu sama lain. Demikian pula dengan profesi atau pekerjaan tertentu tidak pernah hanya didasari oleh satu bakat atau minat tertentu saja. Semakin tinggi level suatu pekerjaan, maka semakin tinggi pula tuntutan variasi bakat dan minatnya. Dokter yang hanya pandai mendiagnosa tapi kurang bisa mengkomunikasikan pikirannya dengan bahasa yang lebih sederhana dan kurang memiliki keinginan melayani belum menjadi dokter yang paripurna dan disukai orang. Reporter yang hanya pandai bicara, tapi tak peduli dengan pikiran dan perasaan orang lain, maka ia akan mengkerdilkan pikiran dan menyakiti hati banyak orang. Pebisnis yang pandai berhitung untung-rugi tapi tak peduli ia berdiri di atas kesengsaraan orang lain, hanya akan menggali lubang kesengsaraannya sendiri. Dst.

*Memaksakan anak memasuki bidang tertentu, sementara kita tidak membekalinya dengan pengetahuan dan ketrampilan yang menguatkan. Membuka peluang ia menjadi stress dan tidak menikmati apa yang ia jalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...