Cerita 1
Pegel banget nih badan. Kemaren pulang dari Bali sama bapaknya. Ni rencana anak-anak. Mereka ceritanya bikin kejutan hadiah anniversary pernikahan perak bapak ibunya. Tau gak, Bu, kita dibeliin paket honey moon. Ada candle light dinner, sunset beach, nginep di hotel bintang. Aduh apa lah aneh-aneh. Pas candle light dinner ribet banget, makannya steak pakai pisau garpu. Encok aku kumat pula, jadi males banget jalan-jalan pas sunset itu. Ku bilang sama anak-anak, "Udah lah, ngapain pula kalian pake duit gaji itu buat bapak ibu ke Bali. Mending juga kalian kasih duitnya ke ibu buat ibu bikin kue jualan ..."
Cerita 2
"Aduh mbak (pembantu), kok bajunya dipake buat nyuci hari-hari ... Itu kan baju sutra dari Thailand. Mahal ... harusnya dipake buat kondangan ... "
Cerita 3
'Bapak, kok sepatu yang saya kasih bulan lalu nggak pernah dipake?'
'Oh sepatu itu, sudah Bapak kasih ke Mamang. Mamang senang tuh pakenya ...'
'Ya Bapak, kan saya kasih itu buat Bapak pake. Soalnya saya lihat Bapak pakai sandal terus ke mana-mana ...'
'Lha iya, Bapak kan sukanya pakai sandal. Kaki Bapak nggak enak kalau pakai sepatu ...'
Cerita 5
"Adek, kok mainannya dirusak ...? Itu mainan robot-robotannya mahal sekali. Ada batere dan remotenya. Kenapa jadi dicopot-copotin kepala sama kakinya?"
Cerita 6
"Orang-orang di desa ini kurang berpendidikan dan tidak tahu berterima kasih, Bu. Kami kan sudah membangunkan perpustakaan di desa ini. Kami juga melengkapinya dengan buku-buku yang bagus. Semuanya biayanya tidak sedikit. Sebulan kemudian kami kembali ke sini untuk mengecek. Ternyata Bu, saya sedih sekali. Buku-bukunya sudah hilang. Perpustakaan kotor tak terawat. Mau jadi apa anak-anak di sini kalau orang dewasanya tidak peduli dengan pendidikan?"
Cerita 7
Saya itu ngasih uang buat dipakai hal yang berguna. Beli susu atau buku buat anaknya, lah kok malah dipakai beli rokok dan barang-barang gak bener.
-------------------------------------
Pernahkah kita memberi sesuatu (barang, uang, pelayanan, nasihat, pengajaran, dll) yang ternyata oleh si penerima tidak dipergunakan seperti yang kita harapkan? Saya pernah.
Rasanya nyesek gitu. Sewaktu memberi merasa bahwa ini adalah pemberian terbaik dan bernilai. Berharap si penerima memanfaatkannya dengan baik. Dan ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan ... hiks ...
Saya belajar banyak dari situ bahwa ketika memberi, ternyata ada hal-hal yang perlu saya ingat kembali agar saya nggak 'nyesek' lagi.
1. Jangan sok tahu
Seringkali kita mengira, bahwa apa yang kita inginkan/butuhkan juga diinginkan/dibutuhkan orang lain. Sehingga saat memberi yang kita pikirkan adalah "apa yang saya suka/perlu" bukan "apa yang ia suka/perlu".
Untuk menghindari hal ini, maka berpikirlah dengan cara ia berpikir. Merasalah dengan cara ia merasa. Atau cara yang paling gampang sebetulnya adalah bertanya langsung pada ybs, apa sih yang ia inginkan/butuhkan.
Btw, ini juga berlaku untuk memberi saran, nasihat atau pengajaran. Saya kerap mendengar keluhan orang yang merasa sudah memberi nasihat terbaik, tapi ternyata tidak didengar apalagi dilakukan oleh yang menerima nasihatnya.
2. Jangan disebut-sebut dan jangan diingat-ingat
QS 2: 264 mengatakan untuk tidak menyebut-nyebut pemberian, karena itu akan menyakiti orang yang diberi. Pas saya nyesek saya ingat ayat tersebut. Duh Gusti, kalau kita memberi dan punya harapan bahwa orang harus menggunakan sesuai dengan yang kita inginkan, berarti kurang ikhlas dong ...
3. Edukasi penerima
Ketika kita memberi buku pada seseorang/lembaga karena beranggapan bahwa buku itu baik dan penting, maka kita perlu mengedukasi penerima mengenai kebaikan dan kepentingan buku tsb. termasuk cara pemanfaatan dan pemeliharaannya.
Selama kita tidak melakukan edukasi itu, maka baiknya kita kembali ke no. 2. Tak perlu ungkit apa yang sudah diberi, tak perlu salahkan mereka yang menerima. Doakan saja.
4. Ilmu untuk memberi
Ternyata perlu ilmu untuk memberi agar bisa dimanfaatkan optimal. Pengalaman beberapa tahun bekerja di lembaga zakat, mengajarkan saya tentang hal ini.
- Lakukan analisis kebutuhan
- Beri sesuai kebutuhan (bukan keinginan)
- Beri tidak semua yang dibutuhkan (agar terbentuk mental berusaha bukan mental menadah)
- Lebih banyak memberikan soft skill daripada materi konkrit
- Ikhlas tak menyebut dan mengingat-ingat pemberian
Mungkin orang lain berbeda pendapat dengan saya. Nggak apa tentunya, karena ini adalah monolog saya dengan diri sendiri. Tapi mungkin saja berguna untuk yang akan bagi-bagi rezeki besok, hehe ...
Yeti Widiati 140618
Tidak ada komentar:
Posting Komentar