Senin, 27 Januari 2020

ANAK ITU TITIPAN ALLAH, BAIK DIKANDUNG MAUPUN TIDAK

(Tulisan pertama dari 2 tulisan)
Tema ini akan cukup panjang saya bahas, sehingga saya membuatnya menjadi 2 tulisan. Tulisan pertama berkisar apa yang dibutuhkan anak asuh/angkat. Tulisan kedua mengenai tahapan menyampaikan status anak.
Notes: Bagi pengurus panti asuhan, semua kata "orangtua" bisa dibaca "pengasuh"
--------------------------------------------------
ANAK ITU TITIPAN ALLAH, BAIK DIKANDUNG MAUPUN TIDAK - yws
Sebagian besar anak diasuh dan dibesarkan oleh orangtua kandungnya. Namun ada sebagian kecil yang diasuh dan dibesarkan bukan oleh orangtua kandungnya. Mereka mungkin diasuh oleh kerabatnya, orang lain yang tak memiliki hubungan darah atau dalam sebuah lembaga seperti panti asuhan.
Ada ragam alasan, mengapa seorang anak tidak diasuh oleh keluarga kandungnya dan sebaliknya juga ada ragam alasan pula mengapa sebuah keluarga mengasuh anak yang bukan anak kandungnya.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa seorang anak diasuh bukan oleh keluarga kandungnya
1. Karena keluarga kandungnya memiliki keterbatasan untuk mengasuh anaknya, misalnya karena meninggal dunia, sakit parah, keterbatasan ekonomi, keterbatasan secara psikologis, dll.
2. Karena kesepakatan yang dilakukan antar orang dewasa dalam pengasuhan anak tersebut. Misalnya, anak diminta untuk menemani keluarga tersebut.
3. Karena alasan agama. Orangtua mengasuh dan membesarkan anak-anak yatim/piatu untuk mengamalkan agamanya.
4. Karena kebutuhan/keinginan orang dewasa untuk memiliki anak sendiri.
Setiap orang/pasangan yang mengasuh bukan anaknya sendiri, bisa memiliki 1, 2, 3 atau bahkan 4 alasan sekaligus. Apapun alasannya, menurut saya, ikatan yang paling kuat akan terbentuk dari cinta yang tumbuh kuat dan bertahan lama. Cinta yang didasari oleh penerimaan tulus, keinginan mengasihi tanpa pamrih, dan senang melihat kebahagiaan orang yang dicintainya. Dan cinta tak ada kaitannya dengan status anak. Sehingga, apakah itu anak kandung ataupun anak asuh/angkat bisa dicintai dengan kadar yang sama.
Lalu, apa yang membedakan anak kandung dengan anak angkat? Perbedaannya adalah pada konsekuensi hukum. Karena saya menganut agama Islam, maka saya mengacu pada aturan-aturan dan hukum yang berlaku dalam agama Islam.
Status anak memiliki konsekuensi hukum terutama dalam pernikahan dan juga waris. Oleh karena itu menjadi wajib bagi seorang anak untuk mengetahui status dirinya. Dari mana ia tahu kalau bukan dari orang dewasa di sekelilingnya? Yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah dari orangtua yang mengasuhnya.
Nah, sayangnya, di titik inilah biasanya muncul kendala. Orangtua yang mengasuh, karena ragam alasan (kasihan, tidak berani, tidak tahu) enggan atau menunda-nunda untuk memberi tahukan pada anak mengenai statusnya tersebut. Orangtua kadang lupa bahwa menjaga rahasia besar itu tidak mudah. Langsung atau tidak langsung akan tampil dalam perilaku, perkataan dan sikap dari orang di sekitarnya, dan itu sadar atau tidak sadar akan dirasakan anak.
Pertanyaan yang paling sering diajukan adalah,
- kapan waktu yang paling tepat?
- bagaimana cara menjelaskannya?
"Kapan" itu sebetulnya tidak selalu berkait dengan usia, tapi berkait dengan kesiapan anak. Untuk anak menjadi siap, bukan ditunggui, melainkan diusahakan dengan membuat fondasi yang cukup kuat untuk bisa memahami dan menerima informasi tersebut.
"Bagaimana" berkait dengan cara. Biasanya kekuatiran para orangtua adalah tidak tega bila anaknya sedih dan marah. Dan lebih kuatir lagi adalah bila anaknya meninggalkan mereka dan mencari keluarga kandungnya.
Pertanyaan tersebut, akan saya uraikan lebih detail pada tulisan ke-2. Sebelumnya, kita lakukan dulu hal-hal di bawah ini.
1. Cintai anak dengan tulus ikhlas.
Setiap orang membutuhkan figur untuk bergantung dan menjadi sandaran. Bagi anak (apapun statusnya), figur tersebut adalah orang yang paling intens mengasuhnya. Kehilangan figur ini akan mempengaruhinya secara psikologis dan membuat anak menjadi insecure (merasa tidak aman).
Oleh karena itu, bagaimana membuat anak merasa aman? Cintailah anak kita dengan tulus dan anak merasakannya. Terlepas dari bagaimana awal anak itu berada dalam pengasuhannya. Ini seperti hal yang mudah dan otomatis, tapi ternyata tidak juga.
Ada orangtua yang mudah mencintai saat anak masih bayi lucu dan menggemaskan. Berjalannya waktu, perubahan bisa terjadi, sehingga mencintai menjadi pekerjaan yang menuntut usaha besar.
Salah satu (dan ini yang paling umum) yang menjadi ganjalan mengapa orangtua enggan atau menunda menyampaikan yang sebenarnya, adalah terkait cinta ini. Orangtua khawatir anak sedih dan marah lalu berpaling dan meninggalkan orangtua yang sudah mengasuhnya selama ini dan mencari orangtua kandungnya.
Bagi para orangtua ini, saya perlu menyampaikan, bahwa
- mengetahui dan mencari orangtua kandung adalah hak anak. Setiap orang perlu/harus mengetahui 'akarnya'. Maka berikan kesempatan itu. Kalau perlu, bantulah.
- Cinta bukan dibentuk oleh hubungan darah, melainkan dibangun dari kedekatan, frekuensi dan intensitas hubungan. Anak yang dicintai akan kembali kepada orang yang mencintainya.
- Merasa takut kehilangan adalah wajar. Terima perasaan tersebut dan kembalikan niat awal mengasuh anak. Semua anak adalah titipan Allah, baik dikandung maupun tidak. Bukan milik kita.
- Anak shock, sedih, marah adalah wajar, tak perlu menjadi defensif. Terima emosi anak tersebut dan tetap tunjukkan cinta serta kasih sayang.
Bagi para anak angkat, saya juga perlu menyampaikan, bahwa
- mengetahui kenyataan status yang sesungguhnya, memang berpengaruh pada status hukum, tapi tidak mengubah cinta, perhatian, dukungan dan perlindungan yang sudah diberikan orangtua selama ini.
- Bersyukurlah karena memiliki 2 pasang orangtua. 1 pasang yang membuat hadir di bumi ini, dan 1 pasang lagi yang mengasuh dan membesarkan hingga anda menjadi orang luar biasa. Apakah itu aneh? Tidak, itu biasa saja. Jika Allah berkehendak, maka semua baik adanya.
- Orangtua menjadi defensif juga adalah wajar karena mereka kuatir kehilangan anak yang sudah diasuhnya. Kekuatiran ini juga bukti dari rasa cinta yang besar pada anaknya.
- Merasa sedih karena harapan tidak sesuai kenyataan, atau marah karena dibohongi adalah wajar. Terima perasaan itu, beri waktu pada diri sendiri untuk menerima semua emosi itu.
2. Kenalkan pada Allah
Orangtua adalah tempat bergantung dan bersandar seorang anak. Tapi bagaimanapun, orangtua adalah makhluk fana. Anak perlu bergantung dan bersandar pada yang Maha Kuat dan Abadi. Oleh karena itu kenalkan anak sejak dini pada Allah, sehingga saat orangtuanya tak ada, atau saat tak ada orang yang mendukungnya, ia tahu ke mana ia harus bergantung.
Anak-anak yatim piatu, terutama yang dibesarkan di panti asuhan sangat penting dalam poin ini.
3. Kemandirian
Latihkan kemandirian pada anak, sehingga ia mandiri dalam berpikir (mengambil keputusan), emosi (mengendalikan emosi), sosial (mampu bergaul) dan juga ekonomi (memiliki pendapatan dan memenuhi kebutuhan materinya). Poin terakhir ini cukup penting, karena ketiadaan support ekonomi kadang menjadi penyebab insecure-nya seorang anak angkat.
4. Ubah cara pandang yang merendahkan
Pandangan lingkungan terhadap anak asuh/angkat pun tidak selalu seragam. Ada yang menempatkannya dalam hirarki, sehingga seolah anak angkat kedudukannya lebih rendah daripada anak kandung. Dan lazimnya hirarki akan membuat tidak nyaman. Mereka yang merasa dirinya berada pada posisi rendah akan merasa rendah diri. Selama konsep ini masih dimiliki oleh orangtua yang mengasuh atau anak asuh/angkat, maka ini akan menjadi ganjalan bagi pertumbuhan dirinya.
5. Dukungan keluarga besar
Semakin banyak anggota keluarga besar memberikan dukungan penuh dan memiliki cara pandang yang obyektif, maka semakin besar pula peluang anak angkat untuk berkembang baik. Ia dipandang sebagai bagian dari keluarga besar dan dilibatkan dalam semua aktivitas secara wajar, baik saat orangtuanya masih ada maupun saat sudah meninggal.
Yeti Widiati 100618

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...