SIBLING
RIVALRY (PERSAINGAN ANTAR SAUDARA) - yws
Sibling
rivalry atau diterjemahkan sebagai persaingan
antar saudara adalah perasaan cemburu, tak suka bahkan dalam titik ekstrim bisa
berupa rasa benci seorang anak kepada saudara atau saudara-saudaranya. Semakin
besar jumlah anak dalam keluarga, maka peluang terjadinya percekcokan dan
pertengkaran pun akan lebih banyak. Ini dipandang sebagai masalah yang paling
sering terjadi dalam keluarga. Orangtua sering merasa kecewa karena seolah pertengkaran
itu dihayati sebagai ketidakbahagiaan dan ketidakharmonisan keluarga.
Sesungguhnya
pertengkaran merupakan tahap normal dalam perkembangan. Anak usia dua
tahun menunjukkan perasaan marah dalam bentuk saling memukul, mendorong dan
mencakar, sedang anak yang lebih tua mengejek atau menyerang orang lain secara
verbal.
Meskipun
kondisi tersebut merupakan hal normal, namun ada anak yang berkembang
menjadi antagonis atau tidak acuh satu sama lain hingga sepanjang hidupnya.
Sesungguhnya dalam bersaudara, perasaan saling
menyukai dan saling setia satu sama lain jauh lebih kuat daripada
perselisihan. Oleh karena itu persaingan sebagaimana juga perasaan frustrasi
adalah merupakan hal biasa asalkan tidak berlebihan dan/atau berkembang
menjadi bentuk kekerasan, mengancam menyerang, dendam dan bahkan ketidakpedulian
pada saudaranya.
Penelitian menunjukan bahwa anak-anak bertambah
kompetitif dengan bertambahnya usia. Persaingan paling banyak terjadi pada
anak-anak yang berjarak usia sangat dekat (1 atau 2 tahun), sama-sama
berada pada pertengahan masa anak (8 - 12 tahun) dan berjenis kelamin
sama. Seringkali kakak merasa tersaingi adiknya, dan biasanya jika kakak
serius, pekerja
keras dan memiliki motivasi berprestasi tinggi,
adik akan menampilkan karakter yang berbeda, periang, mudah bergaul dan tidak
konvensional.
Kurangnya perselisihan antara saudara merupakan
hal positif. Kondisi ini mengajarkan anak, cara mempertahankan diri, teguh pada
pendirian, mampu mengekspresikan perasaaan dan dapat mengatasi konflik.
Kadang-kadang, saling mengejek dapat menjadi cara bergembira bersama.
Jika persaingan antar saudara menjadi
berlebihan (terlalu sering dan/atau terlalu menyakitkan), maka orangtua
harus terlibat dan segera mengatasi. Orangtua tidak boleh mentolerir
ejekan yang dilakukan sangat sering karena dapat merendahkan harga diri
anak lain, dan akan menyakitkan perasaan satu atau beberapa anak. Jika kebiasaan
mengejek dan bertengkar begitu berakar kuat, maka hampir semua tingkah laku,
sekalipun hanya saling menatap dapat memicu perkelahian. Anak-anak yang
terbiasa bertengkar juga akan senang mengadu agar saudaranya/orang lain memperoleh
masalah.
Kekerasan
terhadap saudara (yang dilakukan oleh saudara yang lain) adalah masalah
serius sehingga orangtua perlu menanganinya secara serius pula dan
melindungi anak dari segala bentuk kekerasan baik psikologis
(perselisihan, meremehkan dan pertengkaran terus menerus) dan kekerasan
fisik (perkelahian) oleh saudaranya.
PENYEBAB
SIBLING RIVALRY
Alasan mengapa anak merasa cemburu dan benci
terhadap saudaranya antara lain:
1.
Anak sangat bergantung pada orangtuanya
dalam hal cinta, perhatian dan pemenuhan kebutuhan dan tak mau berbagi
dengan orang lain (saudaranya).
2.
Anak tidak menerima dan tidak
setuju hidup bersama dengan orang lain dalam jangka waktu lama.
3.
Favoritisme orangtua terhadap salah
seorang anak dapat memicu dendam anak yang lain. Perasaan benci terhadap orangtua
(yang dipandang lebih menyukai anak lain) diubah menjadi kebencian pada adik. Oleh
karena itu, tingkah laku kakak merupakan gambaran bawah sadar ketidaksukaan
atau penolakan orangtua terhadap seorang anak.
4.
Jika seorang anak kurang berbakat
dibanding saudaranya yang usianya tidak jauh berbeda dan berjenis kelamin
sama, maka anak yang kurang berbakat cenderung membenci saudaranya yang
lain. Dalam kondisi ini ia merasa seluruh tindakan dan prestasinya
dibandingkan dan dirasa tidak berarti dibanding prestasi saudaranya.
PENCEGAHAN SIBLING RIVALRY
a.
Cintai setiap Anak secara Unik
Cintailah setiap anak dengan cara unik dan
khas. Berusahalah lebih kuat jika salah seorang anak tidak terlalu
berbakat atau menarik seperti lainnya. Berikan cinta tanpa syarat jika
anak kurang berhasil, dengan cara sering memperlihatkan kasih sayang,
menunjukkan keunikannya dan membantu anak menemukan peran baru yang diakui dan
dihargai dalam keluarga.
b.
Memperlakukan semua Anak dengan
Adil
Hindari membandingkan satu anak
dengan anak lain, misalnya mengatakan, "Mengapa nilai kamu tidak
sebaik saudaramu?" Orangtua pun akan marah jika orang lain dianggap
ideal.
Hargai keunikan dan perbedaan
kemampuan anak. Sadari tanda-tanda favoritisme:
·
Memanggil seorang anak dengan
istilah yang menunjukkan lebih disayangi.
·
Mendampingi seorang anak lebih dari
yang lain.
·
Memanjakan salah seorang anak.
·
Terus menerus meremehkan minat,
kemampuan atau penampilan anak tertentu.
·
Menghabiskan waktu lebih banyak
dengan seorang anak.
·
Tertawa atau bicara lebih banyak
dengan seorang anak
·
Menghabiskan uang lebih banyak bagi
seorang anak (pakaian lebih baik, les privat lebih banyak, sekolah lebih
mahal).
Jangan hanya mengacu pada penilaian orangtua
sendiri tetapi bertanyalah pada anak apakah mereka merasa orangtua lebih
suka pada satu anak daripada anak yang lain.
c.
Mempersiapkan Anak untuk Kelahiran
Adik baru
Informasikan pada anak mengenai
kehamilan sebelum adiknya lahir. Biarkan kakak membantu adik bayi dan
tumbuhkan perasaan bahwa ini adalah bayi mereka juga. Ceritakan pada anak
bahwa kelahiran bayi berarti menambah pekerjaan orangtua (terutama bila anak sudah bisa diajak
bicara). Jika mereka merasa orangtua kurang bermain atau mencintai mereka,
doronglah mereka untuk menyatakannya sehingga orangtua dapat memberikan
cinta dan perhatian ekstra. Perhatikan kemarahan anak terhadap bayi
dan/atau perilaku regresif. Jangan mengkritik atau menghukum mereka untuk
hal ini. Dengarkan, beri dukungan dan jaminan cinta orangtua.
d.
Memperlakukan Anak secara
Individual
Kenali bahwa setiap anak berbeda. Orangtua
mungkin perlu memberikan lebih banyak waktu pada anak pertama, lebih
banyak pujian pada anak kedua, dan yang ketiga sebuah buku atau raket
tenis karena ia dapat menggunakannya dengan baik. Jangan memberikan
seluruh anak hadiah yang sama. Lebih baik memberikan mainan berbeda sesuai
minat anak. Jangan memaksa waktu tidur yang sama bagi semua anak. Anak
yang lebih tua biasanya ingin tidur lebih lambat karena mereka
membutuhkannya.
e.
Menyediakan Waktu Bagi setiap Anak
secara Bergiliran
Sediakan waktu berdua bersama anak. Jadikanlah
anak pusat perhatian, dengan menjadi teman khususnya dalam waktu yang
singkat itu. Jangan membicarakan saudaranya yang lain. Ini adalah waktunya
untuk mendengarkan, memperhatikan dan berbagi kesenangan. Ingatlah bahwa
anak tengah, umumnya cenderung lebih merasa diabaikan. Semakin banyak orangtua
memberikan perhatian terhadap anak, semakin kurang anak mencari perhatian.
f.
Mengatur Jarak Kelahiran Anak
Persaingan antar saudara dapat diperkecil jika
anak berjarak usia 3½ sampai 5 tahun. Pada usia 3 tahun, seorang anak
mulai belajar berbagi perhatian orangtua sehingga persaingan lebih dapat
dihindari.
g.
Memberikan Privacy
Berikan setiap anak privacy. Cobalah memisahkan kamar tidur dan lemari. Semakin
terpisah barang-barang milik anak, semakin kecil kemungkinan konflik diantara
anak. Doronglah seluruh anggota keluarga untuk menghormati privacy orang lain.
h.
Memisahkan Anak dari Saudaranya
Hidup dekat dengan orang lain dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan gesekan. Jangan meminta kakak untuk selalu
mengalah dan meninggalkan adiknya. Aturlah agar setiap anak memperoleh
pengalaman berbeda, misalnya dengan memisahkan mereka beberapa jam dalam
sehari. Buatlah tujuan berbeda, jadwal berbeda dan kelompok teman berbeda.
Pemisahan fisik dalam kadar tertentu dapat membantu perkembangan identitas
yang berbeda dan membantu mengurangi gesekan.
i.
Hak terhadap Barang-barang
Ajarilah rasa hormat terhadap barang-barang
pribadi sejak dini dan latihlah anak meminta izin terlebih dahulu sebelum
menggunakan barang orang lain. Cobalah untuk mengurangi barang yang harus
dipakai bersama seperti mainan dan radio. Jangan memaksa anak berbagi
barang pribadinya bila ia belum siap. Hal ini berarti kita para orangtua menghormati
dan menghargai keinginan anak
j.
Menyelenggarakan Kegiatan Keluarga
Bersama
Aturlah kegiatan keluarga yang menyenangkan
secara wajar, seperti piknik, pesta dan permainan. Bergembira sebagai satu
keluarga membangun perasaan positif yang akan membantu mengatasi perasaan
negatif seseorang.
k.
Membangun Sistem
Definisikan secara jelas tugas-tugas rumah dan
tanggung jawabnya (siapa yang harus melakukannya dan kapan). Aturlah
pekerjaan di rumah sehingga tidak saling tumpang tindih. Pergilirkan jenis
pekerjaan, sehingga seorang anak memperoleh baik "pekerjaan
bersih", maupun "pekerjaan kotor." Berilah label dan
identifikasikan secara jelas mainan dan benda-benda yang dimiliki setiap anak.
Aturlah batas waktu (misalnya 10 menit) anak bicara di telepon. Atur juga
penggunaan televisi, komputer dan barang-barang lain yang digunakan bersama.
l.
Membentuk “Lembaga Musyawarah
Keluarga”
Bentuklah lembaga musyawarah keluarga, sehingga
pada waktu tertentu seluruh keluarga berkumpul untuk berdiskusi, saling
berbagi, mengeluh dan membuat perencanaan. Dalam kesempatan ini, anak
dapat mengungkapkan perasaannya dan didengarkan secara adil.
m.
Contoh dari Orangtua
Hubungan orangtua dengan pasangannya merupakan
contoh seluruh interaksi dalam keluarga. Apakah orangtua menunjukkan
kehangatan, pemahaman dan pemecahan masalah yang konstruktif, hal itu yang
akan ditiru oleh anak.
n.
Melarang Mengadu atau Membuka
Rahasia
Sampaikan pada anak bahwa kita semua dapat
melakukan kesalahan dan tidak semuanya harus dijadikan masalah.
Terus-menerus menyampaikan hal-hal kecil pada orangtua disebut
"mengadu" dan hal ini akan membuat hidup dalam keluarga menjadi
tidak menyenangkan. Namun demikian tentu saja orangtua harus mengetahui
mengenai tingkah laku salah yang serius (misalnya, ketika salah seorang
anak memukul saudaranya).
o.
Menghindari Terlalu Melindungi
Jangan terlalu melindungi anak bungsu, atau
anak yang dipandang “lemah”. Setiap anak tetap harus belajar menghormati hak orang
lain dan berbagi perhatian orangtua.
p.
Tidak Ada Orangtua Pengganti
Jangan memaksa anak sulung untuk mengasuh atau
berperan sebagai orang dewasa terhadap adiknya. Jika kakak sering mengoreksi
dan mengritik adiknya, bisa dipahami, namun terangkan kepada si kakak bahwa
adalah tugas orangtua untuk melatih dan mengoreksi anak.
q.
Peduli pada Orang Lain
Ajarilah anak nilai-nilai dasar kerjasama,
saling berbagi dan keterikatan. Tunjukkan bahwa hal itu sama nilainya
dengan persaingan dan individualitas. Doronglah anak untuk berusaha
mencapai kebaikan dalam keluarga, tidak hanya untuk kemajuan dan
kesenangan pribadi. Tekankan agar anak saling berempati satu sama lain dan
sadari pengaruh tingkah laku mereka pada perasaan orang lain. Berilah
imbalan pada tindakan tidak egois dengan pujian dan kadang berupa imbalan
konkrit. Ajarilah sikap sportif dalam bermain. Perilaku dalam keluarga
adalah dasar dari perilakunya dalam bermasyarakat.
MENGATASI
SIBLING RIVALRY
a.
Mengabaikan
Jika anak kelihatan berimbang,
nampaknya cukup bijaksana membiarkan mereka sedikit bertengkar. Mereka
akan belajar mengatasi pertengkaran tanpa perlu bergantung pada orang
dewasa. Orangtua hanya ikut campur pada saat-saat yang diperlukan saja.
b.
Menengahi
Orangtua dapat membantu dengan
bertindak sebagai negosiator yang adil.
Seringkali sulit menentukan siapa
yang salah. Lebih baik orangtua membantu memecahkan konflik dengan
mengajarkan anak ketrampilan penyelesaian masalah sebagai berikut:
·
Mengekspresikan Perasaan Marah
Ajarilah anak cara mengekspresikan rasa marah
atau tidak senang secara langsung (dengan mengatakannya) pada orang lain
dengan bimbingan. Mengeluarkan rasa marah (dengan kata-kata) lebih baik
daripada menekan/menahannya. Tak perlu membuat anak menyangkal bahwa ia
membenci saudaranya pada saat itu. Yakinkan anak bahwa orangtua memahami
dan membantu mereka merasa tidak terlalu bersalah mengenai perasaan
tersebut. Katakan pada anak bahwa perasaan ini normal. Katakan bahwa
mereka perlu bersikap asertif, menyatakan hak, kebutuhan dan perasaan mereka
tetapi tidak boleh agresif (tidak boleh mengata-ngatai, berteriak, mengancam,
memukul) satu sama lain.
·
Pemecahan Masalah Timbal Balik
Doronglah anak mencari solusi. Seringkali
ide-ide mereka lebih baik dibandingkan orangtua. Setiap anak harus
memikirkan kemungkinan penyelesaian masalah. Nasihati mereka bahwa solusi
efektif seringkali membutuhkan kompromi agar dapat mempertemukan seluruh
keinginan. Tumbuhkan perasaan keadilan mereka. Jika anak terlalu kesal
bernegosiasi biarkan mereka menenangkan diri sebentar.
·
Menghadapi Ajakan Berkelahi
Ajarilah anak bahwa mereka mempunyai pilihan
untuk menerima atau mundur dari ajakan berkelahi. Jika saudaranya
mengejek, anak perlu mengatakan, "Saya kasihan kamu begitu," dan
tidak memberikan perhatian lebih lanjut.
Dengan mengajarkan ketrampilan di atas, orangtua
memberikan alternatif cara menghadapi agresi untuk menyelesaikan konflik.
Di sini orangtua hanya berperan sebagai wasit. Percayalah pada kemampuan
anak untuk mengatasi kesulitan mereka dengan mengatakan, "Saya tahu
kalian berdua dapat menyelesaikan masalah ini. Beri tahu kami apa yang
kalian putuskan,"
c.
Memutuskan
Jika orangtua yakin bahwa seorang anak bersalah
atau mereka tidak dapat menyelesaikan masalah sendiri, orangtua perlu bertindak
sebagai hakim dan juri (bukan sebagai polisi). Ajaklah anak berkumpul
untuk saling mendengarkan, atau orangtua berbicara dengan setiap anak
secara terpisah. Gambarkan kembali konflik dalam bahasa orangtua dan
tanyalah pada kedua anak apakah orangtua bertindak adil. Seluruh pendapat
dan argumen harus dikemukakan, dan keputusan yang diambil harus dipahami
kedua anak. Jangan melihat masalah hanya dari satu sisi tertentu.
Psikolog anak, Haim Ginott menyarankan orangtua,
untuk meminta anak menguraikan perselisihan mereka dalam bentuk tulisan
yang terdiri dari 100 kata atau lebih. Tulisan tersebut berisi proses
terjadinya masalah, mulai dari awal sampai akhir, termasuk pendapat
pribadi mereka bila menghadapi lagi masalah yang sama pada waktu yang akan
datang. Ginott juga menyatakan bahwa meski anak tidak selalu mau
melakukannya, tetapi umumnya mereka menjadi tenang setelah menulis. Namun
lebih banyak anak yang memilih tetap berselisih daripada menulis.
Jika orangtua menangani perselisihan,
berlakulah dengan adil, tegas dan tenang dalam memberikan keputusan.
Contohnya, orangtua mengatakan, "Putri, sepeda itu milik Putra. Kamu
harus minta izin terlebih dahulu kalau mau mengendarainya. Putra berlaku
baiklah pada Putri. Kadang kamu juga ingin meminjam mainannya." Anak
akan memahami keadilan dan akan lebih menyukai keteraturan dan
pengendalian.
Anak yang menggertak atau mengganggu orang lain
perlu di berikan "time out" selama 5 - 10 menit.
d.
Memberikan Imbalan dan Hukuman
Bersama
Ini adalah prosedur paling populer yang sering
dilakukan orangtua, tanpa perlu mencari siapa yang salah.
·
Reward
Jika dua orang anak berkelahi terus-menerus,
katakan pada mereka, "Jika kalian berdua bermain tanpa saling
memukul, berkelahi atau mengejek, saya akan memberi hadiah kejutan bagi
kalian. Saya tidak akan mengatakannya sekarang. Jika benar-benar
tidak ada perkelahian selama 2 jam berikutnya, kalian akan memperoleh
hadiah kejutan tersebut. Tetapi jika siapapun dari kalian memulai pertengkaran,
tidak ada yang akan memperoleh hadiah kejutan tersebut. Mengerti?"
Imbalan dapat berupa, snack favorit, mainan kecil atau berjalan-jalan ke
taman.
Prosedur alternatif lain dengan menyetel timer
dalam interval waktu berbeda. Ketika timer berbunyi, periksalah apakah
anak baik-baik saja. Apabila ya, pujilah mereka atau berikanlah hadiah
kecil.
Trick memberi imbalan terhadap kerja sama dalam
bermain akan mengingatkan anak untuk selalu melakukan hal itu.
·
Hukuman
Jika anak berkelahi, katakanlah, "Dengar,
karena kalian tidak bisa main sama-sama tanpa bertengkar, kalian berdua
harus dipisahkan." Berikan "time out" masing-masing selama
5 menit dalam kamar berbeda (perhatikan keamanan, kamar tidak boleh dikunci
dari dalam maupun dari luar, tidak boleh gelap, dll yang membahayakan atau
menakutkan). Timer akan berbunyi bila waktunya habis. Jika kalian berkelahi
lagi, kalian distrap (time out) lebih lama. Bunda tidak peduli siapa yang memulai.
Kita tidak bisa berteriak dan berkelahi setiap waktu."
Jika anak berebut mainan atau barang tertentu,
ambillah benda itu dan katakan bahwa mereka dapat memperolehnya lagi jika
mereka telah memutuskan siapa yang boleh mengambil barang tersebut. Jika
mereka bertengkar mengenai acara TV, katakan, "Baiklah, tidak boleh ada
yang menonton TV sampai ada keputusan siapa yang akan menonton acara
tersebut. Putuskan di kamar. Tidak ada seorang pun yang boleh menyalakan
TV, sampai ada kesepakatan." Penerapan hukuman kelompok mendorong
semua orang untuk menjaga perdamaian.
e.
Melepaskan Kemarahan
Dalam batas tertentu, agresi boleh
dilampiaskan. (Lakukan dengan cara yang bisa diterima dan aman
dilakukan, misalnya dengan memukul bantal atau kasur).
f.
Menyusun Batasan
Nyatakan dengan jelas pada anak, bahwa orangtua
tidak mengizinkan mereka saling
menyakiti satu sama lain secara fisik (memukul) atau dengan kata-kata (mengata-ngatai,
mengejek). Dalam situasi tertentu mungkin orangtua mentolerir kekerasan fisik
antara anak atau saling mengejek. Namun jangan mengizinkan kekerasan dalam
keluarga dengan alasan bahwa jika seseorang melakukan kesalahan dan tidak mau
mendengar alasan, orang itu boleh dipukul.
g.
Pengalihan Perhatian
Kadang, anak membutuhkan bimbingan dari orang
dewasa dalam bermain, terutama bermain dalam kelompok. Bila anak
berselisih ketika bermain, kehadiran orangtua dapat meredakan ketegangan. Orangtua dapat
menawarkan alternatif permainan baru yang tidak menimbulkan pertengkaran. Misalnya,
katakan, "apakah ada yang mau menyelesaikan puzzle ini?" Mungkin dapat
membangkitkan minat anak untuk melakukan kegiatan konstruktif dan mengurangi
kebencian. (Jangan melakukan aktivitas pengalihan terlalu sering, karena anak
juga perlu belajar untuk menghadapi dan mengatasi masalahnya secara langsung
daripada menghindari terus-menerus).
h.
Memahami Penyebab
Carilah penyebab mengapa anak mengejek
saudaranya. Kurangi kemungkinan seorang anak merasa cemburu atau
dendam pada saudaranya.
i.
Memisahkan
Jika dua orang anak satu sama lain saling
bersikap kasar, aturlah jadwal mereka (waktu makan, mengerjakan PR,
kuliah) sehingga tidak saling berbenturan.
Yeti Widiati 68-250817
Sumber: How to Help Children with Common Problems, Charles E.
Schaefer & Howard L. Millman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar