ANAK
KURANG MANDIRI – yws
(Konteks Masalah Umum Anak)
(Konteks Masalah Umum Anak)
PENGERTIAN
Anak yang kurang mandiri sering meminta bantuan dan menuntut kasih sayang atau perhatian berlebih dari orang lain. Mereka menampilkan perilaku ketidakmatangan seperti merengek, menangis, merajuk, dll. Mereka juga sering memotong percakapan orangtua, kurang memiliki inisiatif, menuntut orang lain melakukan sesuatu yang sesungguhnya dapat dilakukan sendiri, misalnya anak usia 16 tahun meminta ibunya menyisirkan rambutnya. Anak yang tidak mandiri juga membutuhkan selalu berdekatan (secara fisik) dengan orang dewasa. Mereka minta diperhatikan, diawasi dan diajak berbicara. Setelah usia 4 tahun tanda lain dari ketidakmandirian adalah menangis ketika dipisahkan dari ibunya meskipun hanya untuk jangka waktu pendek.
Anak pada masa pra sekolah dan SD paling banyak mengeluh. Misalnya,
Anak yang kurang mandiri sering meminta bantuan dan menuntut kasih sayang atau perhatian berlebih dari orang lain. Mereka menampilkan perilaku ketidakmatangan seperti merengek, menangis, merajuk, dll. Mereka juga sering memotong percakapan orangtua, kurang memiliki inisiatif, menuntut orang lain melakukan sesuatu yang sesungguhnya dapat dilakukan sendiri, misalnya anak usia 16 tahun meminta ibunya menyisirkan rambutnya. Anak yang tidak mandiri juga membutuhkan selalu berdekatan (secara fisik) dengan orang dewasa. Mereka minta diperhatikan, diawasi dan diajak berbicara. Setelah usia 4 tahun tanda lain dari ketidakmandirian adalah menangis ketika dipisahkan dari ibunya meskipun hanya untuk jangka waktu pendek.
Anak pada masa pra sekolah dan SD paling banyak mengeluh. Misalnya,
-
"Kok nggak boleh main lebih
lama?"
-
"Bosan, nggak ada yang menarik,"
-
"Kenapa nggak boleh ngajak Desi
bermain?"
Walaupun permintaannya wajar, anak yang merengek tidak
mau menerima kata “tidak” sebagai jawaban. Anak juga kurang berinisiatif untuk
mengambil tindakan memuaskan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Menarik
adalah bahwa banyak orangtua yang memiliki anak yang kurang mandiri nampak tidak
terlalu memperhatikan tingkah laku tersebut bahkan sampai anak berusia 12 tahun
sekalipun. Meskipun mereka menangkap adanya perilaku tidak matang yang buruk, orangtua
yakin bahwa hal itu merupakan tingkah laku normal atau bahwa tingkah laku
tersebut akan menghilang seiring dengan bertambahnya waktu.
Di beberapa budaya dan kelompok masyarakat, anak
perempuan sering kali lebih rentan dan sulit menghilangkan tingkah laku kurang mandiri
dan bergantung tersebut. Biasanya karena orangtua lebih permisif dan lebih
mengizinkan perilaku kurang matang pada anak perempuan. Namun sebaliknya di
beberapa budaya lain, anak laki-laki yang terbiasa diladeni menunjukkan
kekurangmandirian lebih dominan daripada anak perempuan.
PENYEBAB ANAK KURANG MANDIRI DAN BERGANTUNG
1. Penguatan
(reinforcement) oleh orangtua
2. Rasa
Bersalah
3. Orangtua
yang Permisif
4. Mencari
Perhatian atau Menunjukkan Kekuatan
5. Merasa
Kurang
1. PENGUATAN OLEH ORANGTUA
1) Anak
belajar memanipulasi orang dewasa dengan bertingkah laku seperti bayi, tidak mandiri,
mencari perhatian, lucu, bersembunyi dan lari. Tingkah laku seperti bayi
tersebut seringkali berhasil menarik perhatian orang dewasa.
2) Ada
orangtua yang secara tidak sadar menghendaki anak mereka "tidak tumbuh".
Mereka menginginkan anak mereka tetap kekanak-kanakan dan bergantung pada
mereka. Kondisi ini mengakibatkan orangtua mempertahankan ketidak mandirian
anak.
3) Beberapa
orangtua terlalu melindungi anak dengan cinta yang terlalu berlebihan. Mereka
tidak membiarkan anak mereka terpisah terlalu jauh karena beranggapan
lingkungan luar sangat buruk, dan adalah tugas orangtua untuk melindungi anak.
2. RASA
BERSALAH
Ada orangtua yang membiarkan anak merengek dan menampilkan perilaku kurang mandiri, karena di bawah kesadarannya orangtua memiliki rasa bersalah, misalnya karena, tidak cukup mencintai anak, atau sering berpisah dengan anak atau karena anak sakit/cacat atau memiliki keterbatasan tertentu.
3. ORANGTUA YANG PERMISIF (SERBA BOLEH)
Jika orangtua ragu memberikan batasan dan bertindak tegas, maka anak akan terus-menerus merengek dan memaksa sampai orangtua menyerah dan memenuhi tuntutan anak. Orangtua seperti ini sering merasa ketakutan anak tidak menyukai mereka jika mereka terlalu keras.
Ada orangtua yang membiarkan anak merengek dan menampilkan perilaku kurang mandiri, karena di bawah kesadarannya orangtua memiliki rasa bersalah, misalnya karena, tidak cukup mencintai anak, atau sering berpisah dengan anak atau karena anak sakit/cacat atau memiliki keterbatasan tertentu.
3. ORANGTUA YANG PERMISIF (SERBA BOLEH)
Jika orangtua ragu memberikan batasan dan bertindak tegas, maka anak akan terus-menerus merengek dan memaksa sampai orangtua menyerah dan memenuhi tuntutan anak. Orangtua seperti ini sering merasa ketakutan anak tidak menyukai mereka jika mereka terlalu keras.
4. MENCARI
PERHATIAN ATAU MENUNJUKKAN KEKUATAN
1) Ada
anak yang merengek atau menangis untuk memperoleh perhatian orang tua.
2) Anak
yang merasa dikontrol berlebihan oleh orangtua juga akan menggunakan cara itu
sebagai balasan dan perlawanan terhadap orangtua mereka.
3) Anak
egois melihat orang lain hanya dalam konteks bagaimana mereka dapat memanfaatkannya.
Karena terpaku pada kepentingan dirinya, anak egois akan menjadi mudah marah
pada hal kecil yang dianggap tidak adil.
5. MERASA KURANG
Anak yang merasa diabaikan atau merasa kekurangan (karena cacat, miskin, dsb), hidup dalam perasaan iri terhadap kebebasan atau kesenangan anak lain. Anak-anak tersebut mengeluh, merengek dan memperlihatkan toleransi yang rendah terhadap frustrasi. Penangkal bagi anak ini adalah dengan memberikan perhatian khusus dari orangtua, misalnya; orangtua menyediakan waktu hanya berduaan dengan anaknya.
Anak yang merasa diabaikan atau merasa kekurangan (karena cacat, miskin, dsb), hidup dalam perasaan iri terhadap kebebasan atau kesenangan anak lain. Anak-anak tersebut mengeluh, merengek dan memperlihatkan toleransi yang rendah terhadap frustrasi. Penangkal bagi anak ini adalah dengan memberikan perhatian khusus dari orangtua, misalnya; orangtua menyediakan waktu hanya berduaan dengan anaknya.
PENCEGAHAN
ANAK KURANG MANDIRI DAN BERGANTUNG
1. Mendorong Kemampuan Pengambilan Keputusan
2. Memberikan Dukungan sejak Dini
3. Mengurangi Bersikap Dominan
4. Bersikap Responsif
5. Tidak Memanjakan
1. MENDORONG KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sejak dini doronglah anak untuk menentukan pilihannya sendiri, misalnya, makanan apa yang ingin di makan (yang sudah ada di meja), pakaian apa yang ingin dikenakan dan permainan apa yang ingin dimainkan.
2. MEMBERIKAN DUKUNGAN SEJAK DINI
Anak akan menjadi mandiri jika mereka merasa diterima, dan memperoleh dukungan penuh dari orangtua. Jika anak kurang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan kasih sayang orangtua, misalnya karena orangtua yang kurang responsif, maka anak akan merasa kurang memperoleh dukungan dan lingkungan untuk mengembangkan kemandiriannya ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu orangtua yang responsif (memahami dan tahu apa yang harus dilakukan) terhadap tangisan anaknya saat berusia 1 tahun akan menemukan bahwa anak lebih mandiri dan percaya diri pada usia 3 tahun.
1. Mendorong Kemampuan Pengambilan Keputusan
2. Memberikan Dukungan sejak Dini
3. Mengurangi Bersikap Dominan
4. Bersikap Responsif
5. Tidak Memanjakan
1. MENDORONG KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sejak dini doronglah anak untuk menentukan pilihannya sendiri, misalnya, makanan apa yang ingin di makan (yang sudah ada di meja), pakaian apa yang ingin dikenakan dan permainan apa yang ingin dimainkan.
2. MEMBERIKAN DUKUNGAN SEJAK DINI
Anak akan menjadi mandiri jika mereka merasa diterima, dan memperoleh dukungan penuh dari orangtua. Jika anak kurang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan kasih sayang orangtua, misalnya karena orangtua yang kurang responsif, maka anak akan merasa kurang memperoleh dukungan dan lingkungan untuk mengembangkan kemandiriannya ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu orangtua yang responsif (memahami dan tahu apa yang harus dilakukan) terhadap tangisan anaknya saat berusia 1 tahun akan menemukan bahwa anak lebih mandiri dan percaya diri pada usia 3 tahun.
3.
MENGURANGI SIKAP DOMINAN
Orangtua yang cenderung mendominasi anak dengan menekankan banyak aturan dan sering mengomel, akan menghasilkan anak yang patuh namun tidak mandiri.
Orangtua yang cenderung mendominasi anak dengan menekankan banyak aturan dan sering mengomel, akan menghasilkan anak yang patuh namun tidak mandiri.
4.
BERSIKAP RESPONSIF
Berikanlah perhatian segera dan bersahabat terhadap segala permintaan anak. Jangan menunda atau ragu dalam berespon, misalnya dengan mengatakan "Kita lihat nanti," "Mungkin," tanpa alasan jelas; jangan secara otomatis mengatakan "Tidak" tanpa memiliki alasan yang benar. Jika kata "tidak" harus dikatakan, nyatakanlah dengan tegas dan jelaskan dengan alasannya. Kemudian bersikaplah konsisten.
5. TIDAK MEMANJAKAN
Hindari memberikan barang-barang yang tidak dibutuhkan anak dan sering kali tidak diinginkan oleh mereka. Dan hindari pula melakukan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri oleh anak.
Berikanlah perhatian segera dan bersahabat terhadap segala permintaan anak. Jangan menunda atau ragu dalam berespon, misalnya dengan mengatakan "Kita lihat nanti," "Mungkin," tanpa alasan jelas; jangan secara otomatis mengatakan "Tidak" tanpa memiliki alasan yang benar. Jika kata "tidak" harus dikatakan, nyatakanlah dengan tegas dan jelaskan dengan alasannya. Kemudian bersikaplah konsisten.
5. TIDAK MEMANJAKAN
Hindari memberikan barang-barang yang tidak dibutuhkan anak dan sering kali tidak diinginkan oleh mereka. Dan hindari pula melakukan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri oleh anak.
MENGATASI
ANAK KURANG MANDIRI (PENANGANAN)
1. Bersikap
Tegas
2. Mengoreksi
3. Mengabaikan
4. Menggunakan
Sistem Imbalan
5. Memberikan
Hukuman
6. Menghargai
7. Memberi
Kebebasan Lebih
8. Memenuhi
Keinginan Anak
1.
BERSIKAP TEGAS
Bila orangtua telah membuat keputusan yang masuk akal untuk anak, bertahanlah dari segala usaha anak untuk membuat orangtua menyerah. Dengan tegas, dan terus terang, tunjukkan pada anak bahwa orangtua bersungguh-sungguh dan tidak akan mentolerir alasan dan rengekan lebih jauh. Jika anak menjadi jengkel atau marah, tetaplah tegas dan lugas.
Bila orangtua telah membuat keputusan yang masuk akal untuk anak, bertahanlah dari segala usaha anak untuk membuat orangtua menyerah. Dengan tegas, dan terus terang, tunjukkan pada anak bahwa orangtua bersungguh-sungguh dan tidak akan mentolerir alasan dan rengekan lebih jauh. Jika anak menjadi jengkel atau marah, tetaplah tegas dan lugas.
1) Memberikan Penjelasan
Jika orangtua lelah dan anak meminta dibacakan cerita satu kali lagi, katakan dengan jelas dan tegas, "Sudah cukup karena sekarang Bunda harus mengerjakan pekerjaan lain. Kamu dapat melihat gambar-gambar dalam bukumu." Sekali dia menyadari orangtua bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan, anak akan merasa sia-sia merengek atau mengomel. Jika anak terus-menerus mengeluh bahwa tidak ada yang dapat dikerjakan oleh mereka, jawablah bahwa ada banyak hal menyenangkan untuk dikerjakan dan mereka harus bertanggung jawab untuk mengatur waktunya sendiri.
Jika orangtua lelah dan anak meminta dibacakan cerita satu kali lagi, katakan dengan jelas dan tegas, "Sudah cukup karena sekarang Bunda harus mengerjakan pekerjaan lain. Kamu dapat melihat gambar-gambar dalam bukumu." Sekali dia menyadari orangtua bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan, anak akan merasa sia-sia merengek atau mengomel. Jika anak terus-menerus mengeluh bahwa tidak ada yang dapat dikerjakan oleh mereka, jawablah bahwa ada banyak hal menyenangkan untuk dikerjakan dan mereka harus bertanggung jawab untuk mengatur waktunya sendiri.
2) Mengelakkan Keluhan
Buatlah aturan untuk menghindari permintaan anak dan konsisten dengan pelaksanaan aturan tersebut. Sebagai contoh, waktu tidur, waktu makan, belajar selalu pada jam tertentu terserah apakah anak menginginkan atau tidak, kecuali pada hari libur. Atau aturan lain, anak tidak boleh meminta mainan atau makanan "junk food" ketika berbelanja ke supermarket.
Buatlah aturan untuk menghindari permintaan anak dan konsisten dengan pelaksanaan aturan tersebut. Sebagai contoh, waktu tidur, waktu makan, belajar selalu pada jam tertentu terserah apakah anak menginginkan atau tidak, kecuali pada hari libur. Atau aturan lain, anak tidak boleh meminta mainan atau makanan "junk food" ketika berbelanja ke supermarket.
Jangan berpikir untuk menghentikan anak yang merengek
atau menangis karena kemanjaan. Menghentikan anak menangis atau merengek dapat
dilakukan, hanya jika ada fakta yang masuk akal atau adanya pemecahan baru terhadap
masalah tersebut.
2.
MENGOREKSI
Kapanpun anak bertingkah laku tidak mandiri, koreksilah mereka secara bersahabat dan terus terang. Doronglah mereka untuk yakin bahwa mereka dapat bertindak lebih matang dan mengajak mereka merasakan betapa senangnya bila ia bertindak seperti anak yang sudah besar.
Kapanpun anak bertingkah laku tidak mandiri, koreksilah mereka secara bersahabat dan terus terang. Doronglah mereka untuk yakin bahwa mereka dapat bertindak lebih matang dan mengajak mereka merasakan betapa senangnya bila ia bertindak seperti anak yang sudah besar.
Dalam mengoreksi perilaku anak yang kurang mandiri,
-
Tunjukkan dengan jelas mana tingkah laku
yang tidak dapat diterima, "Kamu mengganggu Bunda"
-
Kemudian nyatakan perasaan orangtua
mengenai tingkah laku tersebut,
-
Berikan alternatif jalan keluar pada anak,
"Pergilah ke kamarmu jika kamu ingin menangis,"
-
dan tunjukkan alternatif perilaku lain
yang lebih baik dan lebih diterima, "Jika kamu bicara tanpa merengek, Bunda
akan mendengarkan apa yang kamu katakan,"
Hindari menggunakan labelling dalam mengoreksi anak, misalnya,
"Kamu seperti bayi!," atau mengancam, "Bunda tinggalin, kalau
kamu masih begitu juga."
3. MENGABAIKAN
Jika anak tetap menangis atau merengek setelah orangtua menerangkan tingkah laku yang tidak dapat diterima dan telah menyarankan alternatif yang lebih tepat, maka abaikan pengulangan tingkah laku anak yang lebih jauh. Maksudnya orangtua tidak perlu memberikan perhatian lagi terhadap rengekan atau tangisan anak. Hal ini untuk memperlihatkan pada anak bahwa tingkah laku tersebut tidak berguna dan tidak disetujui.
Bila anak merasa bahwa cara merengek untuk
mempengaruhi orangtua gagal, ia akan meningkatkan tingkah lakunya lebih buruk
(ini tantangan besar bagi orangtua untuk sabar dan bertahan). Namun bila orangtua
tetap konsisten mengabaikan tingkah laku menangis/merengek ini, maka rengekan
atau tangisan akan berangsur menghilang. Anak akan membuang cara itu ketika dia
menyadari ketidakefektifannya untuk menarik perhatian dan membuat kesal orangtua.
Jika orangtua menduga bahwa anak akan merengek atau merajuk, bersiaplah untuk tidak mendengar rengekan anak saat meminta bantuan. Berfokuslah pada apa yang perlu dilakukan orangtua. Beri pengetahuan pada anak dengan kata atau frase yang sederhana yang memberikan dorongan, seperti, "Bunda yakin kamu dapat melakukan sendiri hal itu." Kadang orangtua harus meninggalkan kamar sampai anak menyelesaikan tugasnya.
Memberi anak kesempatan untuk melakukan sendiri dengan
cara tak acuh pada rengekannya, akan meningkatkan kemandirian dan rasa percaya
diri.
4. MENGGUNAKAN SISTEM IMBALAN
Ajarilah anak bahwa mereka akan memperoleh imbalan bila bertindak dalam cara yang lebih matang. Ini membutuhkan pengamatan dan pencatatan yang teliti terhadap tingkah laku tidak mandiri.
4. MENGGUNAKAN SISTEM IMBALAN
Ajarilah anak bahwa mereka akan memperoleh imbalan bila bertindak dalam cara yang lebih matang. Ini membutuhkan pengamatan dan pencatatan yang teliti terhadap tingkah laku tidak mandiri.
1) Tentukan dengan jelas tingkah laku yang
ingin diubah
- meminta bantuan padahal anak dapat mengerjakannya sendiri
- berbicara seperti bayi
- merengek
- meminta bantuan padahal anak dapat mengerjakannya sendiri
- berbicara seperti bayi
- merengek
2) Menentukan Bentuk Imbalan
Buatlah daftar mengenai tingkah laku ketergantungan (misalnya, menangis, atau merengek) dan menghitung berapa kali dalam sehari hal itu muncul. Berikan pada anak imbalan konkret dan logis untuk mengurangi tingkah laku tersebut sampai level tertentu.
Buatlah daftar mengenai tingkah laku ketergantungan (misalnya, menangis, atau merengek) dan menghitung berapa kali dalam sehari hal itu muncul. Berikan pada anak imbalan konkret dan logis untuk mengurangi tingkah laku tersebut sampai level tertentu.
Misalnya:
Orangtua perlu menyatakan, "Jika kamu merengek
kurang dari 5 kali sehari, kamu dapat menonton acara TV favorit kamu malam
ini."
Pujilah anak ketika memperlihatkan tingkah laku yang
lebih matang, "bagus sekali, kamu mau menunggu sampai ibu selesai bicara,
seperti anak yang lebih besar."
6.
MEMBERIKAN HUKUMAN
Pilihlah satu tingkah laku ketergantungan yang ingin dihilangkan, seperti merengek, menangis, atau memotong pembicaraan dan setiap kali anak melakukannya, lakukan "time out" selama 2 - 5 menit di kamarnya atau di sudut ruangan.
Pilihlah satu tingkah laku ketergantungan yang ingin dihilangkan, seperti merengek, menangis, atau memotong pembicaraan dan setiap kali anak melakukannya, lakukan "time out" selama 2 - 5 menit di kamarnya atau di sudut ruangan.
Misalnya; jika anak mulai merengek
mengenai sesuatu hal katakanlah, "Putri, kamu masuk kamar dulu. Duduk di
tempat tidur dan tunggu sebentar sampai kamu siap bicara pada Bunda tanpa
merengek." Periksalah anak setelah beberapa menit untuk melihat apakah ia
sudah siap untuk bicara tanpa merengek. Jika ia masih kesal, berikan kesempatan
lebih lama pada anak untuk menenangkan dirinya. Poin penting yang perlu
dilakukan juga adalah, bahwa orangtua sendiri perlu dalam keadaan terkendali
(tidak emosi) saat melakukan hal tersebut.
6.
MENGHARGAI
Berilah anak perhatian dan pujian/apresiasi ketika anak memperlihatkan kemandirian. Berikan senyuman pada anak, menaruh tangan dipundak atau pujian verbal. Penguatan seperti itu secara tidak langsung menunjukkan pada anak, bahwa orangtua berkenan dengan perilaku itu. Dan bahwa perilaku itu lebih diterima dan disetujui untuk dilakukan dan dipertahankan.
Berilah anak perhatian dan pujian/apresiasi ketika anak memperlihatkan kemandirian. Berikan senyuman pada anak, menaruh tangan dipundak atau pujian verbal. Penguatan seperti itu secara tidak langsung menunjukkan pada anak, bahwa orangtua berkenan dengan perilaku itu. Dan bahwa perilaku itu lebih diterima dan disetujui untuk dilakukan dan dipertahankan.
7. MEMBERI
KEBEBASAN LEBIH
- Tentukan area perkembangan anak yang kurang
berkembang, kemudian tingkatkanlah, misalnya; anak yang tidak mau berpisah dari
orangtuanya, maka orangtua harus sedikit demi sedikit pergi agak jauh dari
anak.
- Biasakan anak melakukan hal itu.
- Lakukan segalanya secara bertahap,
- Berikan tuntutan yang sesuai kemampuan anak. Jangan
membuat tuntutan yang terlalu tinggi yang akan membuat anak kecewa atau
tuntutan yang terlalu rendah yang akan membuat anak tidak termotivasi mencapainya.
8.
MEMENUHI KEINGINAN ANAK
Bagi anak yang tidak mandiri, berikanlah cinta dan pelukan yang lebih erat. Cara ini dapat membuat anak percaya bahwa ia tetap disayang sekalipun mereka tidak selalu memperoleh keinginannya.
Bagi anak yang tidak mandiri, berikanlah cinta dan pelukan yang lebih erat. Cara ini dapat membuat anak percaya bahwa ia tetap disayang sekalipun mereka tidak selalu memperoleh keinginannya.
Bila anak menangis, berikan waktu padanya untuk
menenangkan diri di kamarnya. Ia boleh menangis lama, keras, berteriak, atau
bahkan memukul bantal di kamarnya. Prinsipnya adalah mengalirkan emosi namun
tetap menjaga agar anak aman, tidak menyakiti diri dan orang lain. Anak bisa
belajar bahwa ketidaknyamanan itu boleh diterima namun dapat diatasi tanpa
perlu mengganggu orang lain.
-------------------------------
*Merupakan terjemahan bebas (dengan penyesuaian dan tambahan
contoh) dari buku How to Help Children with Common Problems, Charles E.
Schaefer & Howard L. Millman
Yeti Widiati 64-150817
Tidak ada komentar:
Posting Komentar