PRECIOUS GIFT FROM ALLAH
Catatan 6: Berubah
dan beradaptasi tanpa henti …
(True story based
longitudinal experiences)
Putri saya yang
kedua menyandang Crouzon Syndrome sejak lahir. Kelainan dalam perkembangan
tulang kepala yang ditandai dengan ubun-ubun yang menutup terlalu cepat dan menyebabkan
fungsi organ-organ kepala yang kurang optimal dan tampilan wajah yang berbeda
dengan anak-anak lain pada umumnya.
Treatment berupa operasi
rekonstruksi tulang kepala dan muka sudah dilakukan 3 kali dalam rentang waktu kurang
lebih 15 tahun. Operasi pertama November 1996 (usia 2 tahun), operasi kedua
Maret 2002 (usia 8 tahun), dan operasi ketiga September 2011 (usia 16 tahun).
Sering dengan operasi yang berjalan, perubahan pada tampilan wajah pun juga terjadi berulang menuntut kesediaan dan kesiapan bagi putri saya untuk beradaptasi setiap mengalami perubahan. Bukan sesuatu yang mudah, karena saat ia sudah merasa nyaman dengan wajahnya, tiba-tiba ia harus beradaptasi kembali. Ada masa-masa transisi yang rentan dan berpengaruh terhadap emosinya.
Proses adaptasi memang
cukup menguras energi dan emosi. Tapi keuntungan yang diperoleh secara
fungsional sungguh sangat signifikan dibanding kondisi sebelumnya.
Apabila hanya dilihat
dari tampilan luar, maka tidak ditemukan perbedaan yang sangat signifikan dengan
anak-anak lain pada umumnya. Hasil foto X-ray, USG mata dan CT-Scan juga hanya
menunjukkan perbedaan pada batas bawah dibanding anak-anak lain seusianya. Hal
yang pada saat itu meresahkan bagi kami sebagai orang tua adalah karena adanya keterlambatan
dalam beberapa aspek pertumbuhan dan perkembangan (delayed development), antara lain pertumbuhan fisik, motorik,
perkembangan bicara, kognitif, emosi, dan juga sosial.
Hingga usia satu
setengah tahun, tidak ada diagnosis yang ditegakkan, selain “berbeda sedikit
dengan anak normal”. Konsekuensi dari diagnosis “abu-abu” seperti itu
menyebabkan tidak adanya treatment yang fokus untuk menangani seluruh gangguan
yang ada.
Pada tahun 1996, jalan penanganan putri saya terbuka ketika pada akhirnya kami sebagai orang tua memperoleh jawaban dan
kejelasan dari semua kondisi yang dialaminya. Kondisi ini disebut sebagai
Crouzon Syndrome yang memiliki ancaman atau bahaya paling besar terhadap
perkembangan otak dan kemampuan penglihatan. Meskipun dalam banyak kasus yang
berbeda akan berpengaruh juga terhadap berbagai aspek lainnya. Pada putri saya, gangguan yang cukup signifikan
adalah gangguan pendengaran. Beberapa kasus yang saya ketahui lainnya, gangguan
bisa terjadi pada pernafasan, stuip/kejang berulang, dll.
Operasi rekonstruksi
pertama yang dilakukan pada putri saya bertujuan untuk membuka ruang agar otaknya
berkembang dengan optimal dan tidak terjepit. Bagaimanapun otak adalah bagian
vital yang akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu dan
kemampuannya beradaptasi di lingkungan. Karena tulang dahi yang ditarik maju,
maka mata pun terlindung sehingga tidak terlalu menonjol. Meskipun operasi ini
belum bisa menyelesaikan semua masalah yang ada, akan tetapi ini adalah operasi
yang sangat penting karena menyelamatkan perkembangan otak terlebih dahulu.
Operasi berlangsung sekitar 2 jam, dan membutuhkan waktu 2 pekan hingga boleh pulang. Akan tetapi perlu waktu berbulan-bulan untuk beradaptasi, hingga Ghina merasa nyaman dengan wajah barunya.
Perubahan signifikan
terjadi dalam semua aspek. Kemampuannya berkomunikasi dan ditemukannya bakatnya
dalam menggambar pada usia 2 tahun secara langsung berpengaruh pada stabilitas
emosinya. Hal ini juga yang mempermudah putri saya untuk menyerap pelajaran dan
menguasai berbagai pengetahuan serta ketrampilan sesuai usianya.
Kakaknya memperlakukan adiknya apa adanya sebagai seorang adik perempuan. Dia tidak menyadari ada masalah
dengan adiknya hingga ia melihat respon yang berbeda dari lingkungan terhadap
adiknya.
Saya tidak pernah bisa
melupakan satu masa ketika putri saya ditatap tajam dan ditertawakan oleh sekelompok
anak, dan serta merta kakaknya memeluk adiknya untuk melindungi dari anak-anak
tersebut. Kakaknya masih duduk di kelas 1 SD saat itu.
Pengalaman operasi
memang bukan pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Akan tetapi jaminan bahwa
dia terlindung dan dan disayangi adalah yang paling utama, sehingga ia dapat
melalui masa-masa tidak nyaman tersebut dengan lebih tenang.
Dependensi masih cukup menyolok
hingga pada usia di mana seharusnya Ghina sudah mulai belajar untuk
berinteraksi dengan teman-teman seusianya. Oleh karena itu pada usia 3 tahun ia
mulai mengikuti play group/kelompok
bermain. Bukan akademik yang menjadi tujuan utama tapi lebih pada memberikannya
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Di masa pra sekolah ini,
minat dan bakatnya dalam menggambar mulai berkembang. Putri saya berkesempatan
dibimbing oleh putri kandung Pak Tino Sidin, seorang legenda Indonesia dalam
mengajar anak berani menggambar tanpa takut salah. Saya sebagai orang tua disarankan memberikan
kesempatan sebesar-besarnya pada putri saya untuk mengembangkan kreativitasnya. Jadi
bukan mengajarkan teknik-teknik menggambar, tapi lebih kepada merangsang dan
mendorong agar ia mengeluarkan beragam idenya dengan senang dan tak terbebani.
Pada
peringatan hari Kartini tahun 1997, putri saya mendapat piala pertamanya untuk juara
1 lomba mewarnai di sekolahnya. Keberanian dan spontanitas dalam memilih warna
rupanya lebih menjadi penilaian utama daripada kerapiannya. Bagaimana pun
penghargaan pertama ini yang menjadi pijakan awal bagi putri saya untuk menjadi
lebih percaya diri dalam memunculkan kreativitasnya dalam bidang seni di
kemudian hari.
Tahun 2000, Saya melahirkan anak ketiga. Putri saya sangat menyayangi adiknya dan mengekspresikan kasih
sayangnya dalam setiap kesempatan.
(bersambung)
Aku RINDU Ghina.. aku cari fotonya 2014 - 2015 gak pernah dapat..
BalasHapuspadahal saya sudah dari 2011 Ghina.
apa kabar Ghina ??
Kabar baik Mas Edwars. Ghina sekarang sudah kuliah semester 4.
BalasHapusTerima kasih atas perhatiannya.
Pada tulisan-tulisan selanjutnya memang tidak ada foto Ghina lagi. Karena Blog ini titik beratnya adalah pada psikologi dan parenting. Baik teori maupun pengalaman pribadi. Kisah Ghina adalah pengalaman pribadi saya baik sebagai ibu maupun sebagai psikolog.
Assalamualaikum mbak...boleh sharing lewat privat komunikasi spt wa gak..saya mohon bantuan mbak tentang informasi crouzon syndrom..krn putri saya diagnosa sama sejak usia 3 bln, terimakasih
BalasHapusWa'alaikum salam. Silakan follow saya di FB Yeti Widiati. Kita komunikasi via inbox.
BalasHapus